GadgetDIVA - Indonesia menghadapi ancaman besar terhadap keanekaragaman hayatinya. Beberapa spesies ikonik seperti badak sumatra, badak jawa, gajah, orangutan, dan harimau sumatra kini berada di jurang kepunahan. Badiah, Kasubdit Pengawetan Spesies dan Genetik di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyatakan bahwa degradasi habitat dan perburuan liar menjadi faktor utama penyebabnya.
“Penyebab ini bersifat antropogenik, artinya akibat aktivitas manusia,” jelas Badiah dalam acara Forum Bumi yang digelar oleh Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia di Jakarta pada 5 Desember 2024.
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah konservasi, salah satunya adalah pengembangbiakan semi alami di Sumatran Rhino Sanctuary (SRS), Taman Nasional Way Kambas. “Kami berhasil melahirkan lima anak badak di sana,” ujar Badiah. Selain itu, teknologi ART (Assisted Reproductive Technology) juga mulai diterapkan untuk meningkatkan jumlah populasi badak.
Baca Juga
Advertisement
Untuk badak jawa, pemerintah menginisiasi Javan Rhino Sanctuary guna menjaga keanekaragaman genetiknya. Perlindungan ini diperkuat dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2023 yang bertujuan mengurangi konflik antara manusia dan gajah, serta harimau sumatra.
Keanekaragaman hayati memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Pandemi COVID-19 menjadi contoh nyata dampak terganggunya ekosistem. Badiah menyoroti film dokumenter Taman Nasional Yellowstone yang menunjukkan bagaimana pelepasliaran lima serigala mampu memulihkan ekosistem yang rusak. “Setiap spesies memiliki peran unik dalam rantai makanan. Hilangnya satu spesies dapat mengganggu seluruh ekosistem,” tambahnya.
Rheza Maulana, peneliti dan aktivis lingkungan, menekankan pentingnya kontribusi individu dalam pelestarian satwa. “Mulai dari diri sendiri. Jangan membeli satwa liar dari perdagangan ilegal dengan alasan ingin menyelamatkan,” tegas Rheza. Edukasi menjadi langkah awal yang penting. “Kita harus memahami mana satwa yang seharusnya tidak dipelihara,” lanjutnya.
Baca Juga
Advertisement
Generasi muda juga dapat berkontribusi dengan menyebarkan informasi yang benar di media sosial. Rheza berharap konten yang muncul di media sosial seputar satwa liar adalah program konservasi, bukan jual-beli satwa.
Selain edukasi, masyarakat dapat terlibat sebagai relawan di lembaga konservasi. Rheza mencontohkan dirinya yang menjadi relawan dengan tugas memberi makan dan membersihkan satwa. “Pelepasliaran satwa juga membutuhkan banyak relawan. Misalnya, jika ada 40 satwa yang dilepas, maka dibutuhkan setidaknya 40 orang untuk membantu,” ungkapnya.
Donasi, baik materi maupun nonmateri, juga penting untuk mendukung program konservasi. Rheza mengajak masyarakat mengurangi pengeluaran konsumtif dan menyisihkan dana untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.
Baca Juga
Advertisement
Upaya menyelamatkan keanekaragaman hayati juga dapat dilakukan dengan menyebarkan informasi melalui media sosial, artikel, atau jurnal ilmiah. “Bagi yang suka menulis, buatlah konten edukasi. Setiap orang bisa berkontribusi sesuai kemampuannya,” kata Rheza.
Meningkatkan edukasi pelestarian hayati di kalangan generasi muda adalah langkah krusial dalam menyelamatkan kekayaan alam Indonesia. Setiap individu memiliki peran, mulai dari menyebarkan informasi, menjadi relawan, hingga mendukung program konservasi. Seperti yang disampaikan Rheza, “Mulai saja dulu. Sekecil apa pun upaya kita, itu sangat berarti.”
Baca Juga
Advertisement
Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.