GadgetDIVA - TikTok kembali menunjukkan komitmennya terhadap ekspansi global dengan rencana investasi besar di Thailand. Perusahaan media sosial asal China ini memastikan akan menggelontorkan dana sebesar USD 8,8 miliar atau sekitar Rp 145,6 triliun untuk membangun pusat data di Negeri Gajah Putih. Namun, langkah ini justru menimbulkan pertanyaan bagi Indonesia, yang memiliki nilai transaksi lebih besar, tetapi belum mendapatkan investasi serupa.
Dalam konferensi pers di Bangkok, Helena Lersch, Vice President Public Policy TikTok, mengonfirmasi bahwa investasi ini akan direalisasikan dalam lima tahun ke depan. Meski belum diketahui apakah dana tersebut termasuk dalam komitmen investasi sebesar USD 3,8 miliar yang diumumkan pada Januari lalu, kepastian dana segar ini tetap menjadi angin segar bagi Thailand.
“Kami hadir untuk mengumumkan investasi sebesar USD 8,8 miliar,” ujar Lersch saat bertemu Perdana Menteri Thailand, Petongtarn Shinawatra.
Baca Juga
Advertisement
Dengan masuknya TikTok, Thailand semakin mengukuhkan posisinya sebagai pusat teknologi di Asia Tenggara. Sebelumnya, raksasa teknologi seperti Amazon, Google, dan Microsoft juga telah berinvestasi besar di sana.
Menurut data dari firma analisis video commerce Tabcut.com, Thailand merupakan penyumbang transaksi (gross merchandise value/GMV) terbesar ketiga di dunia untuk TikTok, dengan nilai mencapai USD 5,743 miliar.
Menariknya, Indonesia sebenarnya memiliki GMV yang lebih tinggi dibanding Thailand, yaitu sebesar USD 6,198 miliar. Amerika Serikat berada di peringkat pertama dengan GMV USD 9 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Di bawah Thailand, ada Vietnam dengan GMV USD 4,454 miliar, Filipina USD 3,12 miliar, Malaysia USD 2,724 miliar, Inggris USD 1,548 miliar, dan Singapura dengan USD 391 juta.
Meskipun GMV Indonesia lebih besar dari Thailand, TikTok justru mengalokasikan investasi yang lebih besar ke Thailand. Bahkan, nilai investasi TikTok di Indonesia masih kalah dibanding Malaysia.
Pada Juni 2024 lalu, TikTok menginvestasikan USD 2,1 miliar untuk membangun pusat data di Malaysia. Sementara di Indonesia, sejauh ini TikTok baru mengeluarkan USD 1,5 miliar untuk membeli 75,01% saham Tokopedia dari GoTo Gojek Tokopedia dan menggabungkan TikTok Shop dengan Tokopedia.
Baca Juga
Advertisement
Mengapa Indonesia Belum Jadi Prioritas?
Pertanyaannya, mengapa Indonesia yang memiliki nilai transaksi lebih besar belum mendapatkan investasi data center seperti Thailand atau Malaysia? Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi adalah regulasi, kestabilan kebijakan, serta insentif yang ditawarkan oleh masing-masing negara kepada investor asing.
Thailand telah lama dikenal sebagai negara yang ramah terhadap investasi asing, dengan kebijakan yang cenderung stabil dan insentif menarik bagi perusahaan teknologi. Malaysia pun menerapkan strategi serupa untuk menarik investor global.
Sementara itu, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari aturan e-commerce yang kerap berubah hingga isu keamanan data. Jika Indonesia ingin menarik investasi serupa, pemerintah perlu memberikan kepastian hukum serta regulasi yang lebih mendukung bagi perusahaan teknologi.
Baca Juga
Advertisement
Meski TikTok belum mengumumkan rencana pembangunan pusat data di Indonesia, peluang tetap terbuka. Dengan besarnya GMV dan pasar digital yang berkembang pesat, Indonesia masih menjadi magnet bagi investasi teknologi.
Tinggal menunggu langkah dari pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memastikan Indonesia tetap menjadi tujuan utama bagi perusahaan global seperti TikTok. Dengan regulasi yang lebih pro-investasi, bukan tidak mungkin dalam waktu dekat Indonesia juga akan mendapatkan investasi infrastruktur digital yang signifikan.
Baca Juga
Advertisement
Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.