Zuckerberg Sebut TikTok Jadi Ancaman Terbesar

Mark Zuckerberg

GadgetDIVA - Dalam persidangan antimonopoli yang digelar oleh Komisi Perdagangan Federal (FTC) Amerika Serikat, CEO Meta Mark Zuckerberg tampil sebagai saksi kunci. Kesaksian ini membawa banyak sorotan, salah satunya adalah pengakuannya bahwa TikTok merupakan ancaman terbesar yang pernah dihadapi Meta dalam sejarahnya.

Pada persidangan yang berlangsung Rabu (16/4), Zuckerberg membeberkan bagaimana kehadiran TikTok benar-benar mengguncang posisi Meta di industri media sosial. Menurutnya, sejak pertama kali aplikasi video pendek itu diluncurkan secara global pada tahun 2018, dampaknya sangat terasa. Bahkan, ia secara jujur menyatakan bahwa pertumbuhan Meta sempat melambat drastis karena semakin populernya TikTok.

“Kami menyadari bahwa pertumbuhan kami menurun secara signifikan seiring dengan meningkatnya popularitas TikTok,” ungkap Zuckerberg, seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (19/4/2025).

Advertisement

Lebih lanjut, Zuckerberg menyebutkan bahwa persaingan ini bukan sekadar kompetisi biasa. Ia menggambarkannya sebagai sesuatu yang “sangat mendesak”, bahkan menjadi prioritas utama perusahaan selama beberapa tahun terakhir.

Meta Menjawab Tantangan dengan Reels

Untuk menjawab tantangan tersebut, Meta meluncurkan fitur Reels, yang kini menjadi salah satu motor penggerak traffic video di platform mereka seperti Instagram dan Facebook. Fitur ini memang dirancang menyerupai TikTok, baik dari segi tampilan maupun pengalaman pengguna.

Langkah Meta meluncurkan Reels merupakan strategi defensif sekaligus ofensif. Di satu sisi, Meta berusaha mempertahankan basis pengguna yang mulai berpindah ke TikTok. Di sisi lain, perusahaan ingin kembali menjadi pemain utama dalam ranah konten video pendek yang kini sangat digemari generasi muda.

Advertisement

Namun, apakah Reels cukup untuk membendung dominasi TikTok? Inilah pertanyaan besar yang coba dijawab dalam persidangan tersebut.

Alasan Zuckerberg Mengungkap Kelemahan Meta

Menariknya, pengakuan Zuckerberg tentang kuatnya pengaruh TikTok bukan tanpa tujuan. Ia dan tim hukum Meta ingin menunjukkan bahwa perusahaan mereka tidak memonopoli pasar. Dengan menggarisbawahi adanya persaingan ketat dari platform seperti TikTok, YouTube, iMessage, hingga LinkedIn, Meta berharap bisa meyakinkan hakim bahwa mereka tetap harus bersaing ketat di industri ini.

Jika FTC berhasil membuktikan Meta sebagai monopoli, maka konsekuensinya bisa sangat serius. Salah satu kemungkinan adalah perusahaan harus memisahkan Instagram dan WhatsApp, dua platform yang selama ini menjadi andalan Meta dalam menggaet pengguna.

Advertisement

Transformasi Meta dan Taktik Menyembunyikan Kinerja

Sejak TikTok mulai mencuri perhatian publik global, Meta mulai mengubah cara mereka melaporkan performa bisnis. Jika sebelumnya mereka secara rutin mengumumkan jumlah pengguna Facebook, kini metrik tersebut diganti dengan istilah “keluarga aplikasi”. Istilah ini mencakup seluruh ekosistem Meta, termasuk Instagram dan WhatsApp.

Banyak pihak menilai langkah ini sebagai upaya untuk menyamarkan kenyataan bahwa pertumbuhan Facebook mulai stagnan. Hal ini tentu menambah bobot argumen bahwa persaingan di ranah media sosial memang sangat dinamis dan penuh tekanan.

Media Sosial Kini Bukan Sekadar Tempat Bersosialisasi

Zuckerberg juga menyoroti perubahan besar dalam cara orang menggunakan media sosial. Jika dulu orang memakai platform seperti Facebook atau Instagram untuk terhubung dengan teman dan keluarga, kini orientasinya sudah bergeser.

Advertisement

“Aplikasi media sosial sekarang lebih seperti mesin pencarian. Orang mencari konten dan membagikannya melalui platform perpesanan,” jelas Zuckerberg.

Pernyataan ini sejalan dengan fenomena belakangan ini, di mana banyak pengguna menggunakan fitur pencarian di media sosial untuk menemukan informasi, tren, atau hiburan, bahkan menggantikan peran mesin pencari tradisional seperti Google.

TikTok, Ancaman yang Tak Bisa Diabaikan

TikTok sendiri kini menjadi raksasa global dengan basis pengguna yang sangat aktif. Setelah ByteDance mengakuisisi Musical.ly pada 2017 dan menggabungkannya ke dalam TikTok setahun kemudian, pertumbuhan platform ini melesat tajam.

Advertisement

Kelebihan TikTok terletak pada algoritmanya yang mampu menampilkan konten secara sangat personal, sehingga pengguna terus tertarik untuk menonton. Inilah yang membuat platform ini begitu adiktif dan sukses menjaring perhatian anak muda di seluruh dunia.

Dari persidangan ini, satu hal menjadi sangat jelas: persaingan di dunia media sosial belum berakhir. TikTok mungkin saat ini berada di puncak popularitas, namun Meta juga tidak tinggal diam. Lewat berbagai inovasi seperti Reels dan transformasi bisnis lainnya, mereka masih berupaya mempertahankan relevansi dan posisi pasar.

Meski Meta adalah raksasa digital, ancaman dari TikTok membuktikan bahwa tidak ada yang aman dalam industri teknologi yang terus berubah cepat. Persidangan ini bukan hanya soal regulasi, tapi juga tentang bagaimana para raksasa teknologi menavigasi lanskap persaingan yang semakin kompleks.

Advertisement

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.