GadgetDIVA - GadgetDiva.id — Terjerat hutang pinjaman online (pinjol) di banyak platform bukan hal mudah untuk dilepaskan. Biasanya yang sudah terjebak kondisi ini, yang solusi yang diambil, gali lubang-tutup lubang. Bukannya selesai malah makin sulit lepas. Hutang menumpuk dengan bunga pinjaman makin membengkak.
Pinjol telah menjadi ‘penyakit’ finansial masyarakat modern. Kemudahan di genggaman, gaya hidup, dan rendahnya literasi keuangan membuat makin banyak masyarakat terjerat pinjol.
Berdasarkan data dari OJK menyebutkan sebanyak 42% korban pinjol ilegal adalah guru, dilanjutkan dengan korban PHK 21%, Ibu Rumah Tangga 18% , Karyawan 9%, Pedagang 4%, pelajar 3%, tukang pangkas rambut 2, pengemudi ojek online 1%.
Baca Juga
Prita Hapsari Ghozie, CEO & Principal Zapfinance saat meluncurkan buku Buku saku “Perencanaan Keuangan Dasar, Seri: Guru dan Lingkungan Sekolah” dalam rangka HUT ke-14 Zapfinance mengatakan maraknya pinjol disebabkan dua hal yaitu kebutuhan dan gaya hidup.
Sayangnya, lanjut dia menimpa para guru yang merupakan ujung tompak pendidikan. Zapfinance yang sejak awal pendiriannya, menetapkan diri bukan sekadar perusahaan perencanaan dan konsultan keuangan, tapi lebih dari itu, menjadi gerbong perubahan literasi keuangan di Indonesia.
“Secara konsisten kami mengedukasi bahwa pengelolaan keuangan harus dengan ilmu yang benar bukan sekadar kontennya viral,” ujarnya. Komitmen Zapfinance membawa literasi keuangan ke arah ilmu yang benar dengan membawa standar keuangan masyarakat melesat ke arah yang lebih baik.
Baca Juga
Selama ini, salah satu kanal edukasi Zapfinance melalui media sosial dengan dua kasus utama yang sering muncul yaitu konsultasi karena kebanyakan uang dan sebaliknya kekurangan uang. Mereka yang dengan masalah kekurangan uang, belakangan yang kerap ditanyakan bagaimana terlepas dari pinjol.
“Mirisnya, data OJK menunjukan yang terbanyak terjerat pinjol profesinya guru,” katanya. Kebanyakan para guru honorer yang gajinya sangat rendah, menjadi generasi sandwich dan selain itu dikarenakan gaya hidup yang besar pasak daripada tiang.
Di buku saku yang dihadirkan dalam rangka Hari Guru Nasional itu, solusi sistematis mengelola keuangan dengan baik, hingga bagaimana menyelesaikan pinjol dipaparkan. Buku ini bisa juga dibaca profesi lain.
Prita menyarankan langkah awal memperbaiki kesehatan keuangan dimuldai dari periksa dompet. Lalu menganalisis apa masalah hidup kita, untuk mengerti bagaimana mengelola anggaran. Langkah selanjutnya menjadikan itu action, dengan mengurangi pengeluaran atau menambah pemasukan.
“Ada tidak menu makan yang lebih ekonomis, ada tidak yang bisa dikurangi dari biaya terkait anak-anak dan rumah, ini tidak selamanya kok, kalau pinjamannya sudah lunas, kondisi nyaman akan dirasakan lagi,” jelas terkait mengurangi pengeluaran.
Berikutnya opsi menambah penghasilan. Tidak harus dengan membuka usaha atau UMKM, asah keahlian yang bisa dijadikan tambahan penghasilan seperti memberikan training public speaking, guru private, membuat konten edukasi yang bisa ditawarkan melalui platform edukasi, dan sebagainya tanpa mengeluarkan modal besar.
“Membangun usaha sendiri dibutuhkan modal, ada risiko terjerat pinjol lagi. Kalau memang sudah ada usaha UMKM, kita harus disiplin memisahkan keuangan pribadi dan bisnis. Wajib dipisah ya, walau dengan cara simpel,” tambahnya.
Sebelum menaikan gaya hidup, lihat dulu apakah itu bisa dipenuhi dengan kenaikan penghasilan yg didapat. Harus membuat budgeting, lanjut Prita, karena ini jantung pengelolaan keuangan. “Disiplin mengatur pengeluaran wajib harus dipenuhi misal SPP anak, cicilan hutang, KPR. Menetapkan pengeluaran yang bisa di-adjust misalnya terkait makan dan minum, rekreasi,” ujarnya.
Disiplin memisahkan post living, saving dan post playing. Setiap jangan ditentukan oleh keinginan tapi harus diperhatikan sekali apakah penambahan pendapatan kita ada anggarannya.
Jika memiliki beban pinjol di beberapa platform, Prita menawarkan dua metode penyelesaian. Pertama metode snowball yaitu dengan menyelesaikan pinjaman dari saldo paling pinjaman yang paling kecil ke besar. “Secarahhh psikologis setelah pinjol pertama selesai, yang terkecil, ada rasa happy ternyata mampu dibayar, akhirnya ada semangat untuk satu per satu pinjolnya diselesaikan,” katanya.
Dia mengingatkan bahwa punya pinjaman sah-sah saja, asalkan dipegang kuncinya agar keuangan tetap sehat: besarnya cicilan sehat (termasuk di dalamnya cicilan KPR) itu tidak boleh lebih dari sepertiga dari penghasilan. Lalu untuk pengeluaran yang sifatkan konsumtif tidak boleh lebih dari 15% dari total pengeluaran.
Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.
Tinggalkan Komentar...