Profil CEO Telegram Pavel Durov yang Ditangkap di Prancis

CEO Telegram
CEO Telegram

GadgetDIVA - Pavel Durov, pendiri dan CEO aplikasi pesan Telegram, baru-baru ini ditangkap oleh otoritas Prancis di Bandara Le Bourget, utara Paris. Penangkapan ini dilakukan setelah Durov tiba di area pribadi bandara tersebut, dengan surat perintah penangkapan yang terkait dengan aplikasi Telegram. Namun, hingga kini, alasan spesifik penangkapan tersebut belum diungkapkan oleh pihak berwenang.

Durov, yang kini berusia 39 tahun, dikenal sebagai pengusaha teknologi visioner di balik salah satu aplikasi pesan paling populer di dunia, Telegram. Aplikasi ini memiliki lebih dari 950 juta pengguna aktif dan sering kali diunduh sebagai salah satu dari lima aplikasi teratas di berbagai negara. Telegram sendiri didirikan pada tahun 2013 oleh Durov bersama saudaranya, Nikolai, yang bertanggung jawab atas dukungan teknologi, sementara Pavel menangani aspek finansial dan ideologis perusahaan.

 

CEO Telegram, Pavel Durove

 

Pavel Durov Disebut sebagai Zuckerberg-nya Rusia

Dikenal sebagai “Zuckerberg-nya Rusia,” Pavel Durov pertama kali mencuri perhatian publik ketika menciptakan Vkontakte, platform media sosial terbesar di Rusia, pada usia 22 tahun. Keberhasilannya dalam mengembangkan Vkontakte menjadikannya salah satu tokoh teknologi paling berpengaruh di Rusia, dengan kekayaan yang diperkirakan mencapai $15,5 miliar menurut majalah Forbes.

Namun, Durov harus meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah menolak untuk bekerja sama dengan dinas keamanan negara itu dalam memberikan akses ke data pengguna yang terenkripsi. Penolakannya ini membuatnya harus menjual sahamnya di Vkontakte dan pindah ke luar negeri. Sejak itu, Durov memutuskan untuk pindah ke Dubai pada tahun 2017, di mana ia kemudian mendapatkan kewarganegaraan Uni Emirat Arab dan juga kewarganegaraan ganda di St. Kitts dan Nevis.

Pada tahun 2018, Rusia mulai memblokir Telegram setelah perusahaan tersebut menolak untuk mematuhi perintah pengadilan yang meminta akses ke pesan terenkripsi penggunanya. Keputusan Rusia ini memicu protes besar di Moskow dan mendapatkan kritik dari berbagai LSM. Durov pun secara terbuka mengungkapkan bahwa dirinya lebih memilih untuk bebas daripada harus mengikuti perintah pemerintah Rusia.

Dalam wawancara dengan jurnalis AS, Tucker Carlson, Durov menjelaskan bahwa tekanan dari pemerintah Rusia saat bekerja di VKontakte adalah salah satu alasan utama dia mendirikan Telegram. Menurutnya, Telegram adalah cara untuk melawan tekanan tersebut dan mempertahankan kebebasan komunikasi. Dubai dipilihnya sebagai tempat tinggal karena dianggap memiliki lingkungan bisnis yang kondusif dan netral, yang sesuai dengan visi globalnya.

Selain Telegram, Durov dan saudaranya juga terlibat dalam proyek blockchain ambisius yang disebut TON (Telegram Open Network), yang berhasil mengumpulkan $1,7 miliar dari investor. Namun, proyek tersebut harus dihentikan pada tahun 2020 setelah Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) melarang proyek tersebut karena dianggap melanggar undang-undang sekuritas federal.

Penangkapan Pavel Durov di Prancis

Telegram, yang didirikan oleh Durov, telah menjadi sumber informasi penting, terutama selama perang Rusia-Ukraina. Namun, aplikasi ini juga sering kali dikritik karena dianggap memfasilitasi penyebaran informasi yang menyesatkan dan digunakan oleh kelompok-kelompok ekstremis. Meskipun demikian, Telegram tetap menjadi pilihan utama bagi banyak pengguna yang menginginkan kebebasan dan privasi dalam berkomunikasi.

Kasus penangkapan Durov di Prancis masih berkembang, dan hingga kini, pihak Telegram belum memberikan komentar resmi terkait insiden ini. Rusia, melalui kedutaannya di Paris, juga sedang berupaya untuk mendapatkan klarifikasi lebih lanjut mengenai situasi ini, meskipun perwakilan Durov belum meminta bantuan diplomatik secara resmi. Durov, yang memiliki kewarganegaraan Prancis sejak 2021, kini berada dalam sorotan internasional seiring dengan perkembangan kasus ini.

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.

Jurnalis teknologi dan gadget sejak 2005. Mulai dari Majalah Digicom, pernah di Tabloid Ponselku, pendiri techno.okezone.com, 5 tahun di Viva.co.id, 2 tahun di Uzone.id. Pernah bikin majalah digital Klik Magazine, sempat di perusahaan VAS Celltick Technologies. Sekarang jadi founder Gadgetdiva.id, bantuin Indotelko.com dan Gizmologi.id. Supermom dengan 2 orang superkids.