Melongok adopsi teknologi di toko kecantikan Sociolla

Melongok adopsi teknologi di toko kecantikan Sociolla
E-Commerce

Melongok adopsi teknologi di toko kecantikan Sociolla

Melongok adopsi teknologi di toko kecantikan Sociolla

Melongok adopsi teknologi di toko kecantikan Sociolla # Sumber : gadgetDiva

Toko kecantikan Sociolla mengklaim telah mendapatkan peningkatan perusahaan usai mengadopsi teknologi.

Data Kementerian Perindustrian, industri kosmetik tumbuh sekitar 9 persen tahun 2019. Hal ini dipicu permintaan akan produk buatan dalam negeri terus meningkat di pasar domestik dan luar negeri. Menurut Euromonitor, pasar kecantikan dan perawatan diri di Indonesia diperkirakan bernilai US$6,03 miliar pada 2019 dan tumbuh menjadi US$8,46 miliar pada 2022.

Zilingo punya layanan pinjam dana untuk modal usaha!

Pertumbuhan ini dipercaya berkat adanya eCommerce kecantikan dan media sosial yang berpengaruh dalam keputusan pengguna membeli kosmetik, ditambah pemanfaatan teknologi yang cukup pesat. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan dari sisi trafik pelanggan ke ecommerce yang berbanding lurus dengan revenue, salah satunya pada eCommerce Sociolla.

Sebuah startup teknologi kecantikan di bawah naungan Social Bella Indonesia itu mengklaim telah berhasil meningkatkan pertumbuhannya sampai tujuh kali lipat berkat adopsi teknologi dari Amazon Web Services (AWS). Apa saja teknologi yang mereka gunakan?

Dikatakan Christopher Madiam, Co Founder and President Social Bella Indonesia, mengatakan AWS telah membantunya membangun pengalaman pelanggan dan mengembangkan ukuran usaha (scale up). Pengembangan ini tak hanya dari sisi jumlah pelanggan dan trafik pengunjung ke web tapi juga revenue.

“Enam bulan sejak berdiri pada 2015 lalu, perusahannya sudah berkolaborasi dengan AWS untuk fokus pada customer experience. Pada periode 2017 sampai 2018, revenue Social Bella tumbuh 7 kali lipat. Saat ini pelanggan online perusahaan ini mencapai 5-6 juta uniqe user per bulan,” ujar Christopher, saat ditemui di retail offline Sociolla di Puri Indah Mal, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, untuk urusan cloud di dunia, AWS memiliki market share paling besar dan menjadi salah satu pioneer atau yang paling awal. Untuk e-commerce, AWS paling lengkap dan komprehensif dalam menyediakan fitur-fitur yang dibutuhkan Sociolla.

“AWS merupakan platform cloud yang paling pertama menyediakan fitur autoscale. Dalam arti, meski mencari revenue, tapi satu sisi AWS membantu customernya untuk saving cost. Nah, saving cost ini salah satu caranya dengan fitur autoscale, misanya kita tidak pakai server dengan kapasitas yang tinggi, dia otomatis bisa menyusut cost-nya. Sebaliknya, pada saat kita butuh, dia bisa otomatis scale up,” jelasnya.

Beberapa fitur AWS yang digunakan Social Bella seperti Amazon EC2, Amazon S3, dan yang advance seperti Amazon Redshift untuk data warehouse. Mereka juga berkolaborasi dengan AWS untuk omnichannel untuk mewujudkan technology store, memberikan customer experience di toko offline di belakang layar.

“Social Bella mengimplementasikan machine learning untuk mengetahui produk apa yang optimal di satu toko dibanding dengan toko lain. Kan ini bukan sesuatu yang fix, tapi berkembang, jadi di setiap toko akan berbeda untuk produk yang optimal. Pemilihannya akan dilakukan secara otomasi dengan machine learning,” jelasnya.

Tantangan lainnya yang dapat dipecahkan dengan machine learning, lanjut dia, adalah stock replacement. Salah satu isu di ritel store adalah stok, konsumen paling sebel jika datang tapi barangnya tidak ada.

Perusahaan beauty-tech itu telah mengadopsi berbagai bentuk teknologi yang mampu mendatangkan pelanggan. Dikatakan Co-Founder dan CEO Social Bella, Christopher Madiam, platform kecantikan yang dikelolanya, Sociolla, berawal dari e-Commerce yang kemudian berkembang ke toko offline yang didalamnya memanfaatkan perangkat berteknologi tinggi.

Untuk menikmati teknologi di Sociolla, pengguna bisa mendownload aplikasi Sociolla terlebih dahulu, kemudian mengisi profil termasuk nama, warna kulit, jenis kulit, dan lainnya. Aplikasi dan toko offline bisa dihubungkan, misalnya membeli melalui aplikasi dan mengambilnya di toko offline terdekat. Bahkan, sebelum masuk ke toko offline, pengunjung bisa mendaftar dan scan barcode melalui layar yang ada di pintu masuk.

“Semua barcode yang tersemat di produk-produk itu bisa langsung discan melalui aplikasi di smartphone. Kemudian pengunjung bisa langsung membayar produk tersebut di kasir. Bisa membayar dengan digital payment di smartphone. Ada juga So.Co, platform untuk memberikan informasi kepada pengunjung mengenai produk yang diinginkan, ada juga review produk,” kata Christopher.

Di dalam retail store ini juga terdapat sebuah box layar yang menampilkan permainan seru. Pengguna diminta untuk menyelesaikan permainan yang berujung pada hadiah voucher diskon. Voucher ini bisa langsung digunakan untuk mendapatkan diskon produk di toko tersebut hari itu juga.


author-img_1

Redaksi

Reporter

Artikel Terkait

Tokopedia: Kilas balik tren belanja online 2019 di Indonesia
E-Commerce

Tokopedia: Kilas balik tren belanja online 2019 di Indonesia

Tokopedia umumkan kebiasaan perilaku belanja online masyarakat sepanjang 2019 lalu pada temuan ki..

Zilingo punya layanan pinjam dana untuk modal usaha!
E-Commerce

Zilingo punya layanan pinjam dana untuk modal usaha!

Paradiva sedang mencari modal untuk memulai atau mengembangkan bisnis? Nah, untuk memperoleh moda..

Ini 5 tips cerdas belanja Harbolnas 12.12
E-Commerce

Ini 5 tips cerdas belanja Harbolnas 12.12

Paradiva, saat ini belanja online tentunya menjadi kegemaran karena lebih efektif dan efisien. Di..

Lindungi keamanan data pengguna, Blibli.com dapat sertifikat ISO 27001
E-Commerce

Lindungi keamanan data pengguna, Blibli.com dapat sertifikat ISO 27001

Blibli.com saat ini meraih standarisasi terkait sistem manajemen keamanan informasi dalam mengope..


;