Membuat anak siap hadapi pekerjaan di era digital
- by Redaksi
- Selasa, 21 November 2017 - 06:05 WIB
Diva says – Mendidik anak di era digital sangat perlu diiringi sikap bertransformasi. Pasalnya, revolusi Industri Ke-4 telah membawa perubahan dalam segi digital bagi ekonomi dan sistem sosial, yang berakibat pada pergeseran cara kita bekerja saat ini. Mengutip sebuah fakta menarik—Thomas Frey, memprediksi bahwa dua miliar pekerjaan akan hilang pada tahun 2030. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa 65% anak-anak yang saat ini sedang bersekolah bekerja pada sektor-sektor pekerjaan yang belum ada saat ini.
The World Economic Forum telah merilis laporan The Future Jobs, membahas implikasi dari perubahan yang dihadapi ketenagakerjaan, keterampilan, dan rekrutmen. 34% responden melihat teknologi internet mobile dan komputasi awan menjadi pendorong utama perubahan teknologi, yang memungkinkan lebih efisiennya penyampaian layanan dan kesempatan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu mendidik anak pun harus bisa mengikuti alur tersebut.
Sementara 26% lainnya melihat bahwa kemajuan dalam kekuatan komputasi dan big data akan menjadi faktor pendorong perubahan pada dunia kerja, saat organisasi—dan dengan perluasan ekonomi—berusaha untuk mewujudkan potensi penuh teknologi dalam membantu memahami banyaknya data yang sangat jumlahnya. Hal ini jelas menunjukkan perlunya institusi pendidikan untuk membekali siswa dengan keahlian yang tepat demi memenuhi tuntutan masa depan.
Dampak dari transformasi digital tentunya juga relevan dengan perguruan tinggi. Laporan McKinsey yang dirilis baru-baru ini, tercatat bahwa gelar menjadi “penanda” untuk perekrutan, bahkan di era digital; namun, sepertinya tidak ada hubungan langsung antara tingkat perguruan tinggi dan kesuksesan profesional.
Studi dari Microsoft Asia Digital Transformation menemukan bahwa 87% pemimpin di industri pendidikan sepakat bahwa organisasi mereka perlu ditransformasi menjadi bisnis digital untuk memungkinkan pertumbuhan dimasa mendatang, namun hanya 23% yang telah memiliki strategi untuk menghadapi perubahan ini.
Ketika kita memikirkan tentang transformasi digital untuk sektor pendidikan, harus kita mulai dengan mengetahui cara orang belajar. Hal ini lebih dari mengimplementasikan teknologi, tetapi juga membahas perubahan paradigma yang dibawa oleh Revolusi Industri Ke-4.
Transformasi digital perlu dimulai dengan memungkinkan para pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar baru—yang memungkinkan kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Intinya, slogan untuk kelas baru seharusnya “gagal lebih cepat, gagal dengan cepat, dan sering gagal”.
Di Microsoft, kami berkomitmen untuk memberdayakan setiap siswa agar meraih lebih banyak. Bagaimana seharusnya hal ini berlangsung? Pertama adalah untuk memberdayakan setiap insitusi pendidikan dengan memberikan silabus dan pelatihan yang tepat bagi siswa dan guru, sehingga mereka dapat menciptakan dunia masa depan. Kami melihatnya secara holistik di empat pilar berbeda: melibatkan siswa, memberdayakan pendidik, mengoptimalkan operasi, dan mentransformasi pembelajaran—yang kesemuanya didukung oleh komitmen mendasar kami untuk memberikan program terpercaya yang dapat dijalankan oleh organisasi tersebut.
Artikel Terkait
Mengontrol anak di dunia maya lewat WiFi
Diva says – Memonitor konten internet yang dibuka anak memang tidak mudah dan harus hati-ha..
- by Siti Sarifah Aliah
- 7 tahun lalu
- 3,250
Ternyata banyak orang tua tak awasi jajan anak
Diva says – Anak-anak membutuhkan nutrisi yang seimbang untuk kebutuhan tumbuh kembangnya. ..
- by Jihan Nasir
- 7 tahun lalu
- 3,250