GadgetDIVA - Paradiva, isu perlindungan anak, khususnya lindungi anak di era digital, di tengah perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI), kini menjadi sorotan serius, bahkan bagi para mantan pejabat tinggi negara. Salah satu sosok yang terus menyuarakan urgensi perlindungan ini adalah Bruce Reed, mantan Wakil Kepala Staf Presiden Joe Biden yang kini bergabung dengan Common Sense Media.
Reed, yang sebelumnya memimpin negosiasi dengan raksasa teknologi seperti OpenAI dan Anthropic selama menjabat di Gedung Putih, kini mengalihkan perhatiannya pada upaya advokasi AI yang aman untuk anak-anak. Menurutnya, kita berada dalam “jendela kritis” untuk mengatur dan mengawasi AI sebelum praktik bisnis yang merugikan anak menjadi terlalu mapan untuk diubah.
“Ketika perusahaan media sosial dulu bergerak cepat tanpa memikirkan keselamatan dan privasi anak-anak, kita akhirnya menghadapi krisis kesehatan mental remaja. Kita tidak ingin itu terjadi lagi,” ujar Reed kepada Mashable.
Baca Juga
Advertisement
Paradiva, pernyataan ini bukan tanpa alasan. Sejumlah kasus memilukan belakangan ini turut memperkuat urgensi tersebut. Salah satunya adalah gugatan yang diajukan oleh Megan Garcia, seorang ibu yang kehilangan anaknya akibat dugaan paparan konten merugikan di platform chatbot AI, Character.AI. Tak lama kemudian, dua ibu di Texas juga melayangkan tuntutan terhadap perusahaan yang sama karena konten berbahaya dan seksual yang diterima anak-anak mereka melalui chatbot tersebut.
Langkah Lindungi Anak di Era Digital dan AI
Menanggapi situasi ini, Common Sense Media telah mengeluarkan pedoman orang tua mengenai penggunaan AI companion dan mendorong platform-platform digital untuk memperkuat fitur kontrol orang tua dan keamanan pengguna muda.
Bruce Reed kini memimpin Common Sense AI, divisi dari Common Sense Media yang fokus pada pengawasan dan kebijakan AI. Organisasi ini telah mendukung dua RUU di California—yang pertama tentang sistem transparansi risiko AI terhadap pengguna muda, dan yang kedua melindungi pelapor (whistleblower) dari tindakan balasan ketika mereka melaporkan risiko kritis.
Baca Juga
Advertisement
“California adalah tempat yang strategis untuk memulai kebijakan AI yang kuat, karena banyak perusahaan teknologi besar berbasis di sana,” jelas Reed, yang juga terlibat dalam penyusunan UU privasi konsumen negara bagian tersebut pada 2018.
Paradiva, walau regulasi federal belum terwujud, langkah-langkah di level negara bagian seperti California bisa menjadi tolok ukur nasional. Apalagi, Reed tak gentar menghadapi perubahan iklim politik setelah kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih. Beberapa perusahaan kini memilih melobi pemerintahan baru untuk mendapatkan regulasi yang lebih longgar.
Namun, Reed meyakini bahwa perusahaan AI justru akan mendapatkan keuntungan jangka panjang jika mengedepankan keselamatan pengguna sejak awal. “Gugatan hukum hanya menghasilkan pemberitaan buruk, mengurangi kepercayaan investor, dan menciptakan ketidakpercayaan publik,” katanya.
Baca Juga
Advertisement
Ia juga menanggapi klaim dari pihak Silicon Valley yang menyebut pemerintahan Biden hendak “membunuh” inovasi AI. “Kami bahkan tidak punya kewenangan regulatif untuk melakukannya, meski kami menginginkannya sekalipun,” jawab Reed dengan santai, merujuk pada tuduhan dari tokoh seperti Marc Andreessen.
Reed pun menegaskan dirinya tetap mendukung inovasi. Tapi, inovasi yang bertanggung jawab dan mengedepankan keselamatan. “Penting bagi Amerika untuk memimpin dalam perlombaan AI, bukan China. Tapi lebih penting lagi bagi Amerika untuk memimpin dalam standar kepercayaan, keamanan, dan keselamatan AI,” tegasnya.
Salah satu area yang bisa menjadi titik temu bipartisan, menurut Reed, adalah masalah deepfake eksplisit—teknologi yang sudah merugikan banyak remaja. Upaya untuk mengatasi penyalahgunaan gambar tanpa persetujuan ini juga telah direspons oleh Gedung Putih sebelumnya, serta mendapat dukungan dari mantan Ibu Negara Melania Trump melalui usulan undang-undang baru.
Baca Juga
Advertisement
“Kita tidak perlu memimpin dunia dalam hal deepfake. Kita harus memimpin dunia dalam menghentikannya,” kata Reed.
Paradiva, jelas bahwa tidak ada waktu untuk bermalas-malasan. Perlindungan terhadap anak-anak harus menjadi prioritas utama ketika merancang dan meluncurkan produk AI. Menurut Reed, semua pihak bisa menang—teknologi tetap berkembang, namun dengan standar etika dan keamanan yang kuat.
“Kita bisa menciptakan AI yang paling canggih, sekaligus menjaga privasi dan transparansi perusahaan. Itu bukan pilihan yang saling meniadakan,” pungkasnya.
Baca Juga
Advertisement
Dari kisah dan pernyataan Bruce Reed ini, Paradiva, kita belajar bahwa perlindungan anak di era digital bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal keberanian moral dan kebijakan yang tepat. Dunia digital yang sehat hanya bisa terwujud jika semua pihak—pemerintah, perusahaan teknologi, orang tua, dan pengguna—mau mengambil tanggung jawab bersama. Yuk, mulai dari sekarang, kita jadi bagian dari perubahan itu!
Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.