Riset Temukan Orang Tua Lebih Peraya Pada ChatGPT Daripada Dokter

Riset Temukan Orang Tua Lebih Peraya Pada ChatGPT Daripada Dokter
Family

Riset Temukan Orang Tua Lebih Percaya Pada ChatGPT Daripada Dokter

Ilustrasi parental control

Ilustrasi parental control # Sumber : Vodafone

GadgetDivaSebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Pediatrict Psychology oleh University of Kansas Life Span Institute menemukan bahwa orang tua cenderung lebih mempercayai ChatGPT daripada dokter soal kesehatan anak-anak mereka. Hal ini tentu mengejutkan.

Studi ini bertujuan untuk mencari tahu apakah teks yang dihasilkan oleh ChatGPT di bawah pengawasan seorang pakar kesehatan dapat dipercaya seperti teks yang dihasilkan oleh pakar itu sendiri. Studi ini menggunakan metode observasi kepada 116 orang tua berusia 16 hingga 65 tahun.

"Saat kami memulai penelitian ini, itu terjadi tepat setelah ChatGPT pertama kali diluncurkan -- kami khawatir tentang bagaimana orang tua akan menggunakan metode baru yang mudah ini untuk mengumpulkan informasi kesehatan bagi anak-anak mereka," ungkap penulis jurnal Calissa Leslie-Miller yang dikutip dari Vice pada Rabu (13/11).

Calissa menyebut bahwa orang tua sering kali mencari jawaban di internet. Oleh sebab itu, mereka ingin memahami seperti apa penggunaan ChatGPT ini dan apa yang perlu dikhawatirkan.

Dalam melakukan studi tersebut, peserta diminta untuk menyelesaikan penilaian dasar atas niat perilaku mereka terkait topik perawatan kesehatan anak. Setelah itu, mereka diminta untuk menilai teks yang dibuat oleh seorang pakar atau ChatGPT di bawah pengawasan pakar.

Studi ini menemukan bahwa ChatGPT yang direkayasa mampu memengaruhi niat perilaku untuk mengambil keputusan. Seperti, pengobatan, tidur dan diet.

Selanjutnya, ditemukan bahwa adanya perbedaan antara ChatGPT dan konten ahli dalam hal moralitas, kepercayaan, keahlian, akurasi dan keandalan yang dipersepsikan. Namun, ketika perbedaan tersebut ada, teks ChatGPT mendapat skor lebih tinggi dalam hal kepercayaan dan akurasi daripada informasi ahli.

Peserta juga menyatakan bahwa mereka akan lebih cenderung mengandalkan informasi ChatGPT daripada informasi dari seorang ahli.

"Hasil ini mengejutkan kami, terutama karena penelitian ini dilakukan pada awal ketersediaan ChatGPT. Kami mulai melihat bahwa AI diintegrasikan dengan cara yang mungkin tidak langsung terlihat, dan orang-orang mungkin tidak menyadari saat mereka membaca teks yang dihasilkan AI dibandingkan konten ahli," ungkap Calissa.

Hasil penelitian ini menimbulkan kekhawatiran dari para peneliti. Sebab, alat chat GPT rentan terhadap halusinasi yang dapat membuat kesalahan yang terjadi saat sistem tidak memiliki konteks memadai.

Dalam hal kesehatan anak misalnya, konsekuensinya bisa sangat signifikan. Calissa khawatir orang-orang akan semakin bergantung kepada AI untuk mendapatkan saran kesehatan tanpa pengawasan ahli yang tepat.

"Selama penelitian, beberapa iterasi awal keluaran AI berisi informasi yang salah. Hal ini mengkhawatirkan karena, seperti yang kita ketahui, alat AI seperti ChatGPT rentan terhadap 'halusinasi'—kesalahan yang terjadi saat sistem tidak memiliki konteks yang memadai," lanjut Calissa.

“Dalam kesehatan anak, di mana konsekuensinya bisa signifikan, sangat penting bagi kami untuk mengatasi masalah ini. Kami khawatir orang-orang mungkin semakin bergantung pada AI untuk mendapatkan saran kesehatan tanpa pengawasan ahli yang tepat.”

Terlepas dari bagaimana peserta menilai teks, Calissa menemukan adanya perbedaan dalam kredibilitas sumber. Dengan mengingat hal itu, kata Calissa, jika orang tua beralih ke teknologi AI untuk mendapatkan informasi, mereka harus mencari sumber yang terintegrasi ke dalam sistem dengan lapisan keahlian yang telah diperiksa ulang.

“Saya yakin AI memiliki banyak potensi untuk dimanfaatkan. Secara khusus, AI dapat menghasilkan informasi dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada sebelumnya. Namun, penting untuk menyadari bahwa AI bukanlah pakar, dan informasi yang diberikannya tidak berasal dari sumber yang ahli," tandasnya.

Baca Juga :

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.

Keluarga Aurel Hermansyah Ternyata Suka Konsumsi Cemilan Sehat dari Brand Lokal Indonesia

author-img_1

Nadhira Aliya Nisriyna

Reporter

Bergabung di Gadgetdiva.id sejak Maret 2020. Gemar menonton film, drama dan series. Pernah jadi Editor di deCODE Magazine.

Artikel Terkait

Mengusung Tema “Family Edition”, Blibli Kembali Gelar Fashion Fest
Family

Mengusung Tema “Family Edition”, Blibli Kembali Gelar Fashion Fest

Kali ini, acara bertema “Family Edition” berlangsung di Urban Forest Cipete dari 1 hingga 3 Nove..

Keluarga Aurel Hermansyah Ternyata Suka Konsumsi Cemilan Sehat dari Brand Lokal Indonesia
Family

Keluarga Aurel Hermansyah Ternyata Suka Konsumsi Cemilan Sehat dari Brand Lokal Indonesia

Selain Ameena, anggota keluarga lainnya juga rutin mengonsumsi produk sehat dari Alamii Food. Aureli..

Nikita Willy Berbagi Tips Bonding Sehat dengan Si Kecil
Family

Nikita Willy Berbagi Tips Bonding Sehat dengan Si Kecil

Nikita Willy berbagi tips menciptakan bonding sehat bersama anak dalam acara Playdate Baby HUKI, men..

Pesona CEO Telegram Pavel Durov, Punya 100 Anak Tanpa Pernah Menikah
Family

Pesona CEO Telegram Pavel Durov, Punya 100 Anak Tanpa Pernah Menikah

Pavel Durov, CEO Telegram, mengungkapkan bahwa ia adalah ayah biologis dari lebih dari 100 anak di 1..


;