Profesor hijabers mualaf ini temukan alat rapid test Corona
- by Jihan Nasir
- Kamis, 7 Mei 2020 - 20:31 WIB
Profesor Jackie Y. Ying, yang merupakan Direktur Eksekutif Institute of Bioengineering and Nanotechnology (IBN) bersama dengan timnya telah mengembangkan alat pengujian tercepat atau rapid test untuk virus Corona.
Profesor Jackie Ying ini merupakan seorang peneliti berhijab dari Singapura yang berbasis nano-teknologi. Profesor Jackie Ying lahir di Taiwan dan menjadi warga negara Amerika Serikat. Dia dibesarkan di New York dan di Singapura. Dari dua negara itu, Profesor Ying banyak menghabiskan waktunya di Singapura.
Dikutip dari laman Straitstimes, Profesor Ying telah dinobatkan sebagai penemu ilmiah di National Academy of Inventors (NAI), Inggris. Menurut NAI, status tersebut diberikan kepada Prof. Jackie King yang menunjukkan semangat dalam berinovasi untuk menciptakan atau memfasilitasi penemuan baru yang luar biasa serta memberikan kontribusi kepada masyarakat luas.
Selain itu, Ying juga menjadi salah satu dari 155 ilmuwan di seluruh dunia yang menerima gelar kehormatan itu dari NAI.
Prof. Jackie Ying merupakan lulusan fakultas teknik kimia Massachusetts Institute of Technology (MIT). Kemudian setelah lulus pada 2001, dia menjadi profesor termuda di usia 35 tahun.
Sebagai seorang ilmuwan, Prof. Jackie Ying juga telah menerima puluhan penghargaan dan menerbitkan ratusan artikel akademis di bidangnya. Profesor Jackie saat ini memimpin laboratorium NanoBio, Agency for Science, Technology and Research di Singapura. Dirinya dinominasikan sebagai salah satu dari 500 Muslim yanng paling berpengaruh di dunia.
Fyi, Prof. Jackie mulai memakai hijab setelah melakukan umrah pertamanya. Keputusan tersebut dirinya jalani sesuai dengan ajaran agama Islam dan keyakinannya kepada Allah SWT. Prof Jackie juga aktif melakukan dakwah di Singapura.
Prof. Jackie Ying pun menjawab ketika ditanya tentang hubungan antara Islam dan ilmu pengetahuan bahwa Islam mengajarkan manusia untuk mencari ilmu. Dirinya melanjutkan bahwa dengan ilmu, seorang manusia bisa sangat berguna bagi masyarakat luas.
“Tapi yang paling penting pengetahuan ilmiah atau sains menunjukkan lagi dan lagi akan keberadaan Allah. Jadi, saya tidak berpikir bahwa keduanya (agama Islam dan ilmu pengetahuan) memiliki masalah satu sama lain,” ujarnya.
Baca juga, Gandeng Gojek, Halodoc sediakan rapid test COVID-19 drive thru gratis!
Artikel Terkait
Selama Covid-19, siasat penyimpanan makanan dan minuman agar tetap segar
Masa pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat berdiam diri rumah untuk mencegah rantai penyebaran..
- by Jihan Nasir
- 4 tahun lalu
- 3,250
Telkomsel gelar turnamen eSport online “Indonesia Games Championship” 2020
Telkomsel melalui Dunia Games kembali menggelar turnamen esport terbesar di Tanah Air yang bertaj..
- by Jihan Nasir
- 4 tahun lalu
- 3,250
Ikuti langkah ini untuk hapus Search History di Instagrammu
Dalam menggunakan Instagram, kita pasti sering mencari akun atau hashtag yang sedang tren. Akun y..
- by Nadhira Aliya Nisriyna
- 4 tahun lalu
- 3,250
Begini bedanya istilah meeting online dan webinar
Pandemi Covid-19 mengharuskan paradiva belajar atau bekerja dari rumah menggunakan platform video..
- by Jihan Nasir
- 4 tahun lalu
- 3,250