Aplikasi ini bisa pantau kualitas udara ketika olahraga outdoor!
- by Jihan Nasir
- Selasa, 17 November 2020 - 21:46 WIB
Untuk paradiva yang ingin melakukan olahraga outdoor, sekarang kamu bisa memantau kualitas udara melalui aplikasi kualitas udara lokal, Nafas, lho!
Seperti yang kita ketahui dimasa pandemi ini membuat sebagian besar dari masyarakat memilih kegiatan olahraga luar ruangan (outdoor) agar kesehatannya tetap terjaga. Namun, beberapa pilihan olahraga yang paling banyak diminati antara lain bersepeda, lari, jalan santai, hingga bermain futsal.
Namun, nyatanya ada risiko pada kesehatan yang kurang disadari saat melakukan olahraga outdoor, yakni bahaya polusi udara.
Aplikasi Nafas merilis data adanya risiko kesehatan saat olahraga outdoor pukul 04.00-09.00 WIB berdasarkan Polusi Particulate Matter (PM 2,5) dunia.
Berdasarkan lima wilayah yang dipantau selama 30 hari pada bulan Agustus 2020, (DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, Bekasi), kota dengan pembacaan PM2,5 rata-rata terendah adalah Bogor dan Jakarta Pusat.
Sebaliknya, dua daerah yang paling memprihatinkan adalah Tangerang Selatan dan Bekasi yang memiliki kualitas udara 5 hari tidak layak untuk berjalan di luar selama lebih dari 30 menit. Sampel tersebut diambil dari 46 sensor kualitas udara di wilayah Jabodetabek pada eksposur selama olahraga pagi, yakni pukul 05.00-09.00 WIB.
Data temuan lainnya, rata-rata kualitas udara pada Jumat pagi di sebagian besar lokasi di Jabodetabek lebih baik dari hari-hari lainnya. Untuk wilayah Jakarta Pusat dan Tangerang, Kamis pagi lah yang memiliki kualitas udara terbaik selama seminggu.
Adapun beberapa hari dengan kualitas udara terburuk adalah Minggu, Selasa, dan Rabu bergantung pada lokasinya. Di wilayah Tangerang, Tangerang Selatan, Jakarta Selatan dan Bogor, Minggu menjadi hari dengan polusi tertinggi.
Tingginya tingkat polusi ini pun berpengaruh pada efektivitas lamanya berolahraga yang disarankan. Semakin tinggi tingkat PM2.5 (melebihi 100), maka semakin singkat waktu olahraga yang disarankan.
Berdasarkan studi dari University of Cambridge yang berjudul “Dapatkah polusi udara menghapus manfaat kesehatan dari bersepeda dan berjalan kaki?”, jika level PM2.5 mencapai 100 ug/m3, maka berolahraga di atas 90 menit tidak akan bermanfaat bagi tubuh dan justru membahayakan tubuh. Selanjutnya, jika tingkat PM2.5 di atas 165 ug/m3, maka waktu olahraga yang optimal adalah maksimal 30 menit.
Dr. Erlang Samoedro, Dokter Spesialis Paru (Pulmonologist) menjelaskan bahwa PM2.5 merupakan polutan paling berbahaya jika terhirup di tubuh manusia, bahayanya jika PM2.5 terhirup. “Sekali kita berolahraga, tingkat pernapasan akan meningkat signifikan hingga 40-60 napas per menit, berbeda dengan aktivitas normal yang hanya mengambil napas 15 kali per menit.”
Dr. Erlang menambahkan lagi, intensitas olahraga yang berbeda menyebabkan perbedaan volume udara yang dihirup. Tentu adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga di kualitas udara yang buruk semakin memberi risiko jumlah aerosol yang terhirup, termasuk PM2.5. Beberapa risiko penyakit yang mungkin muncul karena terhirupnya PM2.5 antara lain asma, stroke, dan kanker paru-paru.
Uniknya, tingkat kualitas udara di Jabodetabek selama jam olahraga sangat bervariasi. Suatu hari kualitas udara bisa bagus, di hari lain bisa buruk. Sebagai contoh, dari pantauan nafas selama sebulan penuh, Bogor, Jakarta Pusat, Depok, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan memiliki kualitas udara yang dapat diterima untuk berolahraga pada 1 Agustus.
Namun pada 7 Agustus, olahraga sebaiknya dibatasi hanya sampai 90 menit di semua wilayah Jakarta, kecuali Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Ini semakin menegaskan betapa pentingnya mengukur kualitas udara kita tepat sebelum kita melakukan olahraga.
Dari pengamatan yang sama, nafas juga melihat waktu terbaik untuk melakukan olahraga berdasarkan data per jamnya untuk setiap wilayah kota. Rata-rata, kualitas udara terburuk adalah antara pukul 02.00 hingga 09.00, yang mana mulai membaik dan terus membaik sepanjang hari hingga sekitar pukul 17.00.
Salah satu atlet lari asal Indonesia yang juga merupakan Brand Ambassador dan Athlete Under Armour Global, Adinda Sukardi menceritakan pengalamannya saat berpergian ke Cina dan menyempatkan diri untuk berolahraga di sana.
“Awalnya saya tidak terlalu memperhatikan kondisi kualitas udara di negara tersebut saat berolahraga di sana. Namun karena kondisi udara yang buruk, saya sempat mengalami masalah pernapasan,” jelasnya.
Selain itu Adinda menceritakan dirinya sadar betul pentingnya melakukan tindakan antisipasi, salah satunya memastikan kualitas udara di area sebelum mulai olahraga. Selain itu, memperhatikan waktu terbaik untuk berolahraga juga penting. “Informasi ini bisa saya dapatkan dari adanya aplikasi nafas yang dapat memberikan data kualitas udara yang mudah diakses dan digunakan.”
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengecek kualitas udara sebelum berolahraga menggunakan aplikasi nafas. Pertama, buka aplikasi dan tes kadar PM 2.5, apakah mencapai 100 atau tidak.
Jika tidak, maka olahraga bisa aman dilakukan. Namun jika memang sudah mencapai 100, maka perhatikan warna yang ada. Jika menunjukkan warna orange, maka olahraga yang disarankan adalah olahraga dibawah 90 menit.
Tidak jauh berbeda dengan warna merah yang harus berolahraga maksimal 90 menit. Tanda ungu menunjukkan kadar PM 2.5 yang tinggi dan waktu olahraga harus dilakukan maksimal 30 menit.
Selain itu, untuk semakin memberi keamanan masyarakat dalam berolahraga, nafas turut menghadirkan dua fitur terbarunya. Pertama, pencarian PM 2.5 di “maps” dalam aplikasi bisa semakin dipermudah dengan mengubah data dari Air Quality Index (AQI) menjadi PM2.5.
Paradiva juga bisa mendapatkan notifikasi (alert) untuk membatasi waktu olahraganya jika sedang berada di lokasi yang memiliki kualitas udara yang kurang baik. Notifikasi khusus ini muncul di semua data point, baik itu di peta maupun di halaman detail.
Sebagai aplikasi kualitas udara, nafas telah memasang 46 sensor kualitas udara di berbagai titik di Jabodetabek. Setiap sensor itu nantinya dapat memberikan data kualitas udara real-time bagi pengguna melalui aplikasi.
Aplikasi pemantauan kualitas udara ini memberikan data kualitas udara di DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi dan Depok. Dengan jaringan sensor yang sudah terpasang, diharapkan kualitas udara ini bisa dipakai publik dengan baik dengan aplikasi yang mudah dipakai dan dibaca.
Dengan temuan ini, diharapkan masyarakat dapat merencanakan waktu dan durasi terbaik dalam berolahraga outdoor secara aman.
Untuk mengakses laporan Report Olahraga dan Kualitas Udara di Jakarta dari nafas lebih lengkap, rekan media bisa mengakses melalui link berikut: https://report.nafas.co.id/
Baca juga, Biar gak jenuh saat pandemi, lakukan tiga olahraga ringan ini!
Artikel Terkait
Permudah WFH, Microsoft Teams Kolaborasi dengan Aplikasi Workplace
Microsoft memperkenalkan kemampuan untuk mengintegrasi aplikasi tempat kerja atau workplace popul..
- by Nadhira Aliya Nisriyna
- 4 tahun lalu
- 3,250
Channel Berita Korea Selatan Memperkenalkan Penyiar Berita yang didukung AI
Stasiun televisi berita Korea Selatan memperkenalkan kecanggihan baru dalam dunia penyiaran. Dima..
- by Nadhira Aliya Nisriyna
- 4 tahun lalu
- 3,250
Begini rahasianya memakai produk rumah tangga dengan tepat!
Menjaga kesehatan di dalam rumah menjadi hal penting khususnya di masa pandemi ini. Nah, salah sa..
- by Jihan Nasir
- 4 tahun lalu
- 3,250
Nasib Kini Remaja yang Jual Ginjal Demi iPhone
Seorang remaja jual ginjal untuk beli iPhone. Keadaannya saat ini memungkinkan dirinya harus terb..
- by Nadhira Aliya Nisriyna
- 4 tahun lalu
- 3,250