Artificial Intelligence (AI): Kurangi kesalahan diagnosa deteksi kanker payudara
- by Jihan Nasir
- Jumat, 22 November 2019 - 23:59 WIB
Sebagai Bulan Kesadaran Kanker Payudara di seluruh dunia yang ditetapkan jatuh pada Oktober lalu, telah menarik perhatian. Pasalnya, berbagai brands, masyarkat, dan juga komunitas-komunitas sadar tentang kebutuhan diagnose yang lebih dini terhadap kanker payudara.
Untuk kesadaran terhadap kanker payudara, Pengembangan program Artificial Intelligence (AI) yang dapat dilatih dengan deep learning dapat melihat perubahan paling awal dalam struktur sel yang biasanya berkembang menjadi sel kanker yaitu salah satu langkah yang bisa diambil.
Program-program ini dapat memperingatkan para ahli onkologi, yang kemudian dapat memandu protokol perawatan pasien dengan akurasi dan efektivitas yang lebih besar. Penilaian risiko kanker payudara yang menggunakan teknologi AI-automated terbukti dapat mengurangi biaya hingga 5% dibandingkan dengan tes genomik saat ini.
70% dari semua kasus kanker di Indonesia telah di diagnosis pada stadium lanjut, menurut Departemen Kesehatan di Indonesia. Banyak kanker dimulai dengan perubahan yang sangat kecil sehingga tidak ada orang yang menyadari gejalan-gejalanya.
Dari sisi organisasi kesehatan, dengan anggaran terbatas, organisasi kesehatan harus menemukan cara baru untuk meningkatkan efisiensi operasional sambil memenuhi atau melampaui standar tertinggi perawatan pasien.
Kemajuan dalam teknologi ini, termasuk kemampuan 3D dan 4D, real-time analytics, dan pemrosesan yang dipercepat oleh unit pemrosesan grafis (GPUs), memberi alat yang kuat bagi ahli radiologi untuk membuat diagnosis yang lebih cepat dan lebih akurat serta membantu mencegah ahli radiologi mengalami kelelahan.
Aplikasi AI khusus dapat mendukung ahli radiologi dan mencegah kesulitan dengan “menyusun” tumpukan gambar. Caranya, teknologi AI akan dengan cepat memilah gambar normal dan melakukan flagging bagi gambar-gambar pengecualian.
Hasilnya, ahli radiologi dapat menemukan gambar yang menunjukkan anomali atau indikator penyakit lebih cepat dan kemudian fokus untuk mendiagnosa dan memberi saran pengobatan, tanpa harus berlama-lama menyaring gambar.
Sebagai contoh, AI memungkinkan hasil MRI untuk mempercepat rekonstruksi gambar hingga 100 kali, dan dengan akurasi 5 kali lebih besar. “Berdasarkan data NVIDIA, dengan AI, para ahli onkologi akan dapat mengurangi kesalahan diagnosa dalam mendeteksi kanker payudara hingga 85%.” Kata Ana Sopia, County Manager, NetApp Indonesia.
“Di NetApp, kami percaya bahwa AI dapat menjadi salah satu jawaban untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, meningkatkan efisiensi, mempercepat proses diagnosa, dan mengurangi biaya. Dari medical imaging hingga pembedahan yang dibantu robot hingga penemuan obat, AI semakin baik dan semakin canggih untuk membantu sektor ini menjadi lebih baik,” lanjut Ana.
Berikut ini beberapa potensi kecerdasan buatan untuk perawatan kesehatan, yaitu:
• Memungkinkan untuk meninjau ribuan dan jutaan catatan atau gambar dalam waktu yang lebih singkat dan menerapkan kognisi untuk membuka kunci data dalam jumlah besar.
• Mendukung diagnosa yang berkualitas melalui pelatihan dengan deep learning untuk mendeteksi perubahan seawall mungkin dalam struktur sel yang biasanya berkembang menjadi sel kanker.
• Mendukung ahli radiologi dan mencegah perkerjaan yang menguras tenaga dengan “menentukan” jumlah gambar yang berlebihan, dengan cepat memilah gambar normal dan menandai pengecualian.
Baik digunakan untuk memperkuat medical imaging atau pengurutan genom, keberhasilan AI sepenuhnya bergantung pada akses ke sejumlah besar data yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola, mengembangkan wawasan prediktif, dan memungkinkan sistem otonom yang semakin akurat.
Namun, data ini dapat berada di mana saja, secara inheren dinamis, dan seringkali dalam berbagai bentuk. Menurut para pemimpin di industri TI, membuat pengelompokan data dan kompleksitas teknologi menjadi dua tantangan terbesar untuk memindahkan membuat proyek AI menjadi produksi.
Oleh karena itu, dengan data fabrics, organisasi akan dapat mengakses data mereka di mana saja dengan kontrol, menghasilkan dampak bisnis yang lebih baik, dalam hal ini diagnosis dan keputusan yang lebih baik.
“Bersama dengan mitra kami, NVIDIA, cloud-connected all-flash storage dari NetApp akan menyederhanakan, mempercepat, dan mengintegrasikan data di pipeline untuk AI dan deep learning untuk membangun solusi kesehatan berbasis AI yang cerdas, kuat, dan tepercaya.
Dengan strategi Data Fabric kami, kami mengintegrasikan struktur data dan merampingkan aliran data melalui semua tahapan, dari edge, cloud, hingga core. Dengan solusi NetApp untuk AI, kamu dapat dengan percaya diri memanfaatkan sumber data yang terus bertambah dengan skalabilitas dan kinerja yang hampir tidak terbatas,” tutup Ana.
Baca juga, POND’s Skin Perfecting Cream, pakai teknologi Smart-Tone
Artikel Terkait
Pakai Asisten Google, Indosat Ooredoo Luncurkan Layanan IM3 Ooredoo 696
Untuk mendapatkan informasi apapun melalui Asisten Google, IM3 Ooredoo berkolaborasi dengan Googl..
- by Jihan Nasir
- 5 tahun lalu
- 3,250
Guna memajukan pendidikan, Samsung buka Smart Learning Class di Bangka
Samsung Electronics Indonesia (SEIN) membuka Samsung Smart Learning Class (SSLC) di SMA Santo Yos..
- by Jihan Nasir
- 5 tahun lalu
- 3,250
GoFood kenalkan kuliner anak bangsa lewat program #PetualanganKuliner
Sebagai layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara, GoFood kolaborasi dengan Discovery Asia-Pas..
- by Jihan Nasir
- 5 tahun lalu
- 3,250
YouTube Musik: Sediakan cara baru mendengarkan musik!
Aplikasi-aplikasi berbasis musik yang khusus menampilkan playlist musik saat ini banyak bermuncul..
- by Jihan Nasir
- 5 tahun lalu
- 3,250