5 Top Searched Google dan jawabannya terkait COVID-19

3
Bluetooth pelacak COVID-19

Kasus COVID-19 terus meningkat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran orang-orang di segala penjuru dunia. Kekhawatiran tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan di kolom pencarian Google.

Google trends juga telah mengungkap beberapa pertanyaan umum yang menjadi top searched di Google terkait COVID-19. Berikut adalah 5 top searched Google dan jawabannya terkait COVID-19 yang sudah Gadgetdiva rangkum dari ABC. Simak ulasannya!

Baca juga: Netflix dan Disney stop produksi terkait COVID-19.

Should I stock up for corona virus?

Should i stock up for corona virus pernah menjadi top searched di google. Menanggapi kepanikan masyarakat, para ahli di Australia menyatakan bahwa sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri. Bukan panik dan malah menghabiskan stock makanan di supermarket.

“Kita bisa mulai persiapan sedikit-sedikit, supaya mengontrol diri kita. Bisa dimulai dari menyetok makanan, seperti makanan-makanan kering, buah-buahan kering dan obat-obatan. Kita masih punya banyak waktu untuk mempersiapkan diri karena virus belum menyebar luas di sini,” ujar Ian Mackay  ahli Virologi dari University of Queensland, yang dilansir dari ABC. Ia juga menyatakan itu adalah ide yang baik untuk dilakukan sekarang ini.

How Coronavirus Spreads?

How Coronavirus Spreads? menjadi salah satu top searched di google. Jawaban untuk pertanyaan ini adalah penularan virus COVID-19 atau corona bisa melalui interaksi langsung dengan droplet (partikel air liur).

Virus ini bisa menular saat seseorang yang terinfeksi batuk atau menghembuskan napas, lalu tetesan air liurnya tak sengaja mendarat di permukaan atau benda-benda di sekitar mereka. Jika orang-orang yang berada di sekitar mereka tak sengaja memegang benda-benda yang terkena droplet mereka tersebut, lalu memegang hidung dan mata mereka, maka mereka akan tertular.

Menurut WHO gejala yang ditunjukkan seseorang yang terinfeksi adalah mengalami demam, kelelahan dan batuk kering. Beberapa orang juga mengalami nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan dan juga diare. Namun, gejala ringan dan bertahap tersebut tidak terjadi pada beberapa orang yang terinfeksi. Beberapa dari mereka tidak mengalami gejala apapun atau merasa tidak sehat.

Will Coronavirus end?

Will coronavirus end juga sempat menjadi top searched di Google. Untuk saat ini, masih terlalu dini untuk menyatakan apakah atau bagaimana wabah ini akan berakhir. Para peneliti di bidang kesehatan juga memiliki pandangan yang berbeda, mengingat virus ini memiliki gejala yang sama seperti pilek dan flu biasa.

Menurut William Rawlinson, senior ahli virologi di NSW Health Pathology, hal pertama yang perlu diketahui adalah virus COVID-19 yang saat ini beredar juga menyebabkan flu biasa yang biasanya kembali setiap musim dingin. “Pendapat pribadi dan harapan saya adalah bahwa (wabah COVID-19) ini akan menghilang seiring berjalannya waktu daripada bertahan dalam populasi,” ucap William.

Mengingat wabah-wabah sebelumnya seperti, SARS yang menular dengan cepat namun sekarang sebagaian besar telah menghilang. Begitu pula juga dengan wabah MERS di Timur Tengah.

Can you get coronavirus twice?

Setiap harinya, banyak ilmuwan yang memelajari lebih lanjut tentang virus COVID-19. Namun untuk saat ini, mereka masih belum bisa mengetahui dengan jelas apakah kita bisa terinfeksi virus ini dua kali atau tidak.

Kekhawatiran tersebut nampaknya timbul dari salah satu kasus di Jepang. Dimana pemerintah setempat melaporkan seorang wanita terinfeksi virus tersebut untuk kedua kalinya.

Sementara itu, Professor William Rawlinson menyatakan bahwa terlalu dini untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi terkait COVID-19 ke depannya. Ada beberapa skenario yang mungkin terjadi, termasuk virus terdeteksi negatif di hidung dan tenggorokan, namun tetap ada di paru-paru.

Is coronavirus worse than the flu?

Meskipun angka kematian masih belum jelas, namun COVID-19 disinyalir bisa jadi lebih mematikan daripada flu biasa. Menurut laporan dari jurnal kedokteran New England, pekan lalu menemukan angka yang lebih rendah, yaitu 1,4 persen dengan perkiraan awal 2 persen. Berarti untuk setiap 1.000 kasus COVID-19 bisa mengakibatkan 14 kematian yang akan terjadi.

Sementara itu, untuk jenis flu musiman biasa bisa berakibat sekitar 0,1 persen kematian dari orang yang terinfeksi. Dapat diartikan bahwa sekitar 1:1.000. Hal tersebut yang membuat COVID-19 sekitar 10 kali lebih mematikan. Penting untuk diingat bahwa angka kematian sebenarnya dari wabah ini bisa berubah menjadi jauh lebih rendah jika ada banyak kasus ringan yang tidak dilaporkan.

Nah, kira-kira berapa banyak orang yang meninggal karena flu? Diperkirakan sekitar 290.000 hingga 650.000 orang meninggal akibat flu di seluruh dunia setiap tahunnya. Sejauh ini, jumlah orang yang terinfeksi virus COVID-19 telah mencapai 90.000 dan lebih dari 3.000 orang telah meninggal sejak wabah yang dimulai pada bulan Desember.

Berikut adalah Top trending terkait COVID-19 dari Google Trends di Indonesia:

  • Virus COVID-19
  • COVID-19 di Indonesia
  • update COVID-19
  • COVID-19 Jakarta
  • gejala COVID-19
  • kasus COVID-19
  • data COVID-19

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.

3 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan