Cara cuci baju saat COVID-19 bisa kamu ikuti di rumah. Ini penjelasannya!

Cara cuci baju saat COVID-19 bisa kamu ikuti di rumah. Ini penjelasannya!
Life

Cara cuci baju saat COVID-19 bisa kamu ikuti di rumah. Ini penjelasannya!

Cara cuci baju saat COVID-19 bisa kamu ikuti di rumah. Ini penjelasannya!

Cara cuci baju saat COVID-19 bisa kamu ikuti di rumah. Ini penjelasannya! # Sumber : gadgetDiva

Cuci baju saat COVID-19 menjadi salah satu hal yang kita khawatirkan. Banyak informasi simpang-siur yang kita dapatkan seputar COVID-19 ini. Termasuk dalam mencuci baju.

Nah, untuk menghindari misinformasi yang bisa saja kamu dapatkan, Gadgetdiva kali ini bakal kasih kiat-kiat cuci baju saat COVID-19 dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). Simak, ya!

#StayConnected, isi bulan ramadhan kamu pakai Galaxy M31

Dilansir dari artikel HuffPost, CDC mencatat bahwa COVID-19 dapat bertahan selama berjam-jam di permukaan yang terbuat dari berbagai bahan, termasuk pakaian. Virus tersebut dapat ditularkan melalui tetesan pernapasan (bersin atau batuk), daripada melalui fomites (benda dan bahan) yang dapat tekontaminasi dan memindahkan penyakit.

Salah satu artikel dari spesialis kesehatan masyarakat Carol Winner, menyatakan bahwa pakaian dapat menahan tetesan pernapasan, seperti yang kita gunakan setiap hari. Partikel-partikel ini dapat mengering seiring waktu dan menonaktifkan virus.

Namun, bukan berarti bahwa prosesnya akan dapat terjadi dengan cepat. Mereka juga menyatakan bahwa panas dan kelembaban dapat memengaruhi kelangsungan hidup virus pada suatu permukaan. “Namun perlu diingat suhu di Australia 80 derajat Faherenheit (sekitar 26 derajat celcius), dan Tom Hanks masih tertular,” ujar mereka.

Berapa suhu yang harus digunakan untuk cuci baju saat COVID-19?

Untuk mencuci baju, Winner menyatakan bahwa ada pedoman khusus yang harus kita ikuti untuk membunuh virus. Pedoman itu termasuk menggunakan pengaturan air panas pada mesin cuci dan memberi pakaian kamu waktu ekstra dan panas pada pengering.

“Usahakan menggunakan air panas untuk mencuci baju karena dapat membantu membunuh virus,” ujarnya. “Panas yang ekstra dan waktu pengering yang tepat akan mengeringkan tetesan yang menempel pada pakaian, yang memungkinkan akan menonaktifkan virus.”

Hal tersebut disetujui oleh Dr. Georgine Nanos. Ia juga menghimbau masyarakat untuk tidak merebus pakaian dalam temperatur yang tinggi.

“Kalian bisa mencuci pakaian dalam air terpanas yang disarankan untuk bahan yang kalian cuci. Itu akan menjadi pilihan yang tepat. Namun, jangan merusak pakaianmu dengan merebusnya karena itu akan menambah lebih banyak stress dan kecemasan yang nggak kita perlukan sekarang,” ujar Nanos.

Deterjen apa yang harus digunakan?

Rodney E. Rohde, ketua dan profesor Program Ilmu Laboratorium Klinik di Texas State University, menegaskan kembali pentingnya mencuci pakaian dalam air hangat atau panas, namun juga menyarankan agar kamu memperhatikan deterjen yang akan digunakan.

“Saya menyarankan kalian untuk mencuci pakaian dalam deterjen yang mengandung senyawa pemutih,” jelas Rohde. “Virus tidak bekerja dengan baik di larutan yang keras ini.”

Bolehkah kita mencuci dengan tangan?

Jika kamu tidak memiliki fasilitas untuk laundry atau mesin cuci, kamu bisa mencuci dengan tangan di rumah. Menurut Nanos, kamu dapat mencuci baju dalam suhu air di atas 80 derajat Fahrenheit, atau sekitar 26 derajat celcius.

Meskipun menurutnya, mencuci baju dengan mesin akan lebih efektif dan aman. Selain prosesnya lebih cepat dan mudah, dengan mencuci pakaian dalam mesin cuci akan membunuh virus. Bahkan, jika pakaian kita tercampur dengan pakaian orang yang sedang sakit.

Seberapa sering kita harus mencuci pakaian?

Winner juga merekomendasikan cara mencuci baju yang tepat saat COVID-19. Apalagi, bagi mereka yang masih harus pergi kerja dan tidak bisa menghindari keramaian.

“Yang harus kita lakukan adalah mencuci baju secara teratur, seperti biasa,” Jelasnya. “Apalagi, jika kamu harus beradai di daerah yang ramai, pasti kamu merasa ingin melepas pakaian setelah sampai rumah dan langsung menaruhnya ditumpukan baju kotor atau mesin cuci untuk berhati hati.”

Begitu pula dengan pakaian luar yang kita gunakan, seperti jaket, blazer atau outer. Nanos juga menghimbau untuk mencuci mantel sesering mungkin.

“Anda juga harus mencuci mantel jika menggunakan siku atau lengan baju untuk menyentuh barang-barang yang sering digunakan dan berpotensi terkontaminasi virus. Seperti, tombol lift, pegangan tangan dan gangang pintu,” jelasnya.

Sementara itu, menurut Dr. Janette Nesheiwat, Nesheiwat, jangan menggunakan carian Lysol untuk mencuci baju. “Jangan menggunakan Lysol untuk mencuci pakaian. Gunakanlah, semprotan pakaian anti-kuman yang bisa digunakan.”

Apakah jenis kain tertentu lebih rentan terhadap virus lain?

Robert Amler, dekan Fakultas Ilmu dan Praktek Kesehatan di New York Medical College sekaligus mantan kepala petugas medis CDC, mengatakan bahwa durasi virus tegantung pada kain karena beberapa bahan lebih mudah keropos daripada bahan yang lain. “Beberapa peneliti percaya bahwa serat dalam kain yang berpori dapat menangkap partikel virus, mengeringkan dan memecahnya,” jelas Amler. “Permukaan halus seperti kulit dan vinil dapat dibersihkan.”

Menurut saran yang diberikan oleh Dr. Janette Nesheiwat, bahan polyester seperti spandex dapa tmenahan kuman lebih lama daripada kain berbahan dasar katun yang dapat bernapas. Maka dari itu, kita perlu mencuci legging dan pakaian dalam dengan hati-hati. ”

Bahan Spandex seperti poliester dapat menahan kuman lebih lama dari kain berbahan dasar kapas, tetapi semua kain dapat terkontaminasi,” jelasnya.

Seiring dengan penelitian dan informasi mengenai COVID-19 terus berkembang, Winner menekankan bahwa sejauh ini penelitian yang berfokus pada penluaran virus corona memberi tahu kita tentang kemampuan viurs untuk bertahan di beberapa permukaan. Seperti, kardus, baja, tembaga dan plastik. Termasuk juga tombol-tombol pintu.

Menurut The National Institute of Allergy and Infectious Disease yang disampaikan oleh Winner, beberapa virus dapat tetap aktif setelah dua atau tiga hari pada plastik dan sainless steel. 24 jam di atas kardus dan empat jam di atas tembaga. Kancing, ritsleting dan perangkat keras pakaian lainnya dapat dibuat dari bahan-bahan tersebut.

Baca juga, benarkah COVID-19 bisa menular dari baju?


author-img_1

Nadhira Aliya Nisriyna

Reporter

Bergabung di Gadgetdiva.id sejak Maret 2020. Gemar menonton film, drama dan series. Pernah jadi Editor di deCODE Magazine.

Artikel Terkait

Viral di media sosial, Dalgona mengandung banyak kafein
Life

Viral di media sosial, Dalgona mengandung banyak kafein

Paradiva, pasti udah nggak asing lagi kan dengan Dalgona? Kopi yang cukup viral ini menjadi sorot..

#StayConnected, isi bulan ramadhan kamu pakai Galaxy M31
Life

#StayConnected, isi bulan ramadhan kamu pakai Galaxy M31

Jangan khawatir untuk mengisi bulan Ramadhanmu agar lebih berwarna dan #StayConnected, paradiva b..

5 Hal yang harus dilakukan setelah isolasi COVID-19 berakhir
Life

5 Hal yang harus dilakukan setelah isolasi COVID-19 berakhir

Isolasi COVID-19 yang sedang kita lakukan ini bertujuan untuk menghambat penyebaran maupun penula..

Samsung rilis QLED 8K TV 2020, fiturnya bikin nagih di rumah!
Life

Samsung rilis QLED 8K TV 2020, fiturnya bikin nagih di rumah!

Samsung Electronics Indonesia resmi memperkenalkan generasi terbaru jajaran QLED 8K TV yaitu Q950..


;