GadgetDIVA - Teknologi Artificial Intelligence (AI) lebih dari sekadar tren, melainkan telah menjadi kebutuhan berbagai industri. Sayangnya, penerapan AI di Indonesia masih tertinggal.
Hal tersebut disampaikan oleh Deputy EVP Digital Technology and Platform Business Telkom Indonesia Ari Kurniawan. Dia menyebut bahwa penerapan AI masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya di Asia Tenggara.
Indoensia masih berada di urutan keempat dalam kategori penerapan teknologi AI. Nilai indexnya 61,03.
Baca Juga
Nilai tersebut masih berada di bawah Singapura dengan nilai index 81,97. Sementara, Malaysia dan Thailand masing-masing juga berada di atas Indonesia dengan nilai index 68,71 dan 63,93.
Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Ari Kurniawan menyatakan bahwa harus ada strategi nasional untuk penerapan AI di Indonesia. Namun, strategi tersebut harus ada sasarannya seperti berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan.
“Tentu strategi ini harus ada sasarannya seperti Berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan; Menumbuhkan ekosistem digital untuk kecerdasan buatan; Menciptakan lingkungan kebijakan yang memungkinkan kecerdasan buatan; Membangun kapasitas sumber daya manusia dan mempersiapkan diri menghadapi pasar tenaga kerja; transformasi; hingga Kerjasama internasional untuk kecerdasan buatan yang dapat dipercaya,” ungkap Ari Kurniawan dalam acara diskusi Selular Business Forum (SBF) yang berlangsung di Jakarta, Senin (9/9).
Baca Juga
Selain itu, Ari menambahkan ada sasaran kunci di berbagai yang juga bisa menjadi strategi AI Nasional seperti Layanan Kesehatan: Peningkatan penyampaian melalui solusi yang mendukung AI; Reformasi Birokrasi: Menyederhanakan operasional pemerintah melalui AI; Pendidikan & Penelitian: Inovasi dan tenaga kerja terampil; Ketahanan Pangan: Meningkatkan hasil, mengoptimalkan rantai pasokan melalui A, hingga Mobilitas & Kota Cerdas: Perkotaan yang lebih cerdas dan berkelanjutan.
Di samping itu, tren kapitalisasi pasar global generatif AI telah menarik tingkat modal yang signifikan di semua segmen dari USD 44 pada tahun 2020 menjadi USD 16.300 pada tahun 2023. Hal tersebut membuat AI kini sudah menjadi kebutuhan bagi banyak industri di dunia termasuk Indonesia.
Tak hanya sekadar sasaran strategi yang harus diperhatikan, lanjut Ari, namun Indonesia juga harus memiliki aturan atau regulasi yang mengatur penggunaan AI. Sehingga, dapat mengukur dampak positif dan menghindari dampak negatif dari pemanfaatan teknologi tersebut.
“Jadi harus ada aturan tekrait investasi, kompetisi hingga keberlangsungan bisnis AI. Aturan ini juga untuk mengukur dampak positif dan menghindari dampak negatif dari pemanfaatan AI,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Sosial, Ekonomi dan Budaya Kominfo RI Wijaya Kusumawardhana menyebut bahwa Kominfo sudah membuat Surat Edaran Menteri Kominfo Nomor 9 Tahun 2023. Surat edaran itu mengatur terkait etika kecerdasan artifisial.
“Sudah ada Surat Edaran Menteri Kominfo Nomor 9 Tahun 2023 tentang Etika Kecerdasan Artifisial sebagai panduan pengembangan AI yang merupakan turunan dari UU ITE dan UU PDP,” imbuhnya
Wijaya menyatakan bahwa AI merupakan alat bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain. Kendati demikian, AI juga akan berkontribusi besar dalam sektor eknomi.
Wijaya memperkirakan kontribusinya pada pendapatan domestik bruto akan mencapai USD 366 miliar di tahun 2030 mendatang.
Di sisi lain, CEO Glair, William Lim mengatakan penerapan AI ini sudah banyak digunakan di berbagai bidang. Di antaranya seperti customer support, recruitment, training, hingga debt collector.
“Paling populer tentu customer support karena 90% menggunakan AI. Bahkan untuk sekarang debt collector juga bisa digantikan AI karena bisa menghubungi pelanggan atau nasabah secara langsung,” ungkapnya.
Sementara itu, Vice President IT Development Bank DKI, Hafid Hudanul Eka Ebpa yang diwakili M Surandra Pohan selaku Pimpinan Divisi IT Digital Platform & E-Channel Development mengatakan banyak manfaat dari AI di dunia perbankan. Seperti menentukan credit skoring nasabah atau calon nasabah, bisa juga untuk fraud detection atau mendeteksi kejahatan siber, hingga membantu percakapan dengan para nasabah.
“Strategi Bank DKI sendiri dalam AI yakni Business Planing, lalu melatih SDM, proses penerapan hingga akhirnya penerapan teknologinya,” tandasnya.
Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.
Tinggalkan Komentar...