Remdesivir ditetapkan untuk obati pasien COVID-19 di AS

0
obat Remdesivir

Pemerintah Amerika Serikat tetapkan obat Remdesivir untuk mengobati pasien COVID-19. Kabar ini disampaikan langsung oleh Badan Pengawas Obat dan Minuman (FDA) dalam sebuah surat pada hari Jum’at (1/5/2020) kemarin.

Remdesivir adalah obat terapi resmi pertama untuk COVID-19 di AS. Obat ini telah melewati masa uji sebagai obat COVID-19. Hari Jumat kemarin, FDA telah mengeluarkan pengesahan untuk menyetujui penggunaan darurat Remdisivir. Mereka juga menyatakan bahwa manfaat dari obat ini akan lebih besar jika diberikan kepada pasien yang berisiko besar. Namun, otoritasi penggunaan darurat ini merupakan peraturan yang lebih rendah daripada persetujuan penuh FDA.

“Ini (remdesivir) adalah kemajuan klinis yang penting. Obat ini menunjukkan pengurarangan waktu pemulihan yang signifikan secara statistik untuk pasien dengan COVID-19 dan juga merupakan terapi resmi pertama untuk COVID-19,” ujar Stephen Hahn selaku komisaris FDA yang dilansir dari CNN.

Selanjutnya, FDA membatasi otoritasi obat tersebut untuk orang dewasa dan anak-anak dengan dugaan atau penyakit berat yang dikonfirmasi oleh laboratorium. Meliputi, kadar oksigen rendah, kebutuhan akan terapi oksigen atau kebutuhan ventilator atau bantuan pernapasan intensif lainnya.

FDA juga menyatakan efek samping dari obat remdesivir adalah peningkatan enzim hati yang bisa menjadi tanda peradangan atau kerusakan sel-sel hati. Selain itu, rekasi terkait infus seperti, tekanan darah rendah, mual, muntah, berkeringat dan menggigil.

Obat Remdesivir

Menanggapi hal ini, Donald Trump menyebut remdesivir sebagai obat yang menjajikan. “Perawatan penting bagi pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, sesuatu hal yang saya bicarakan dengan Dr. Hahn dan Dr. Fauci. Saya berbicara dengan Deborah (Birx) tentang itu. Ini benar-benar situasi yang sangat menjanjikan,” kata Trump yang berbiacara dari Oval Office pada Jumat kemarin.

FDA dalam surat resminya juga berharap pemerintah federal dapat mengendalikan distribusi obat. Mereka juga menyatakan agar dapat secara konsisten menggunakan obat dengan syarat dan ketentuan sesuai otorisasi.

Obat ini harus diberikan melalui urat nadi. Sementara itu, dosis optimal masih belum diketahui. Giliead Scienced, perushaaan obat, merekomendasikan bahwa pasien yang menggunanak ventilator dapat mengonsumsi obat selama 10 hari, serta untuk pasien non-ventilator hanya lima hari. Glied juga telah menyumbangkan pasokan obat yang ada, setidaknya dapat mencakup sekitar 140.00 program pengobatan untuk pasien dengan COVID-19.

“Perusahaan telah menetapkan tujuan memproduksi setiaknya 500.000 kursus perwatan pada Oktober, 1 juta kursus perawatan pada Desember 2020 dan jutaan pada 2020, bila diperlukan,” jelas perusahaan itu dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat kemarin. Mereka juga bererima kasih kepada pasien dan perawat yang ikut berpartisipasi dalam uji klinis awal obat.

Awal pekan ini, sebuah penelitian yang didanai pemerintah menemukan bahwa pasien yang memakai remdesivir dapat pulih lebih cepat daripada pasien yang tidak. Obat tersebut dapat meningkatkan waktu pemulihan untuk pasien COVID-19 mulai dari 15 hingga 11 hari. Serupa dengan efek obat influenza Tamiflu terhadap flu. Namun, Tamiflu juga tidak menyembuhkan pasien dengan cepat, melainkan dapat mengurangi rasa sakit mereka.

Baca juga, NASA buat ventilator untuk pasien COVID-19


Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.

Tinggalkan Balasan