Bagaimana nasib data media sosial orang yang sudah meninggal?

Bagaimana nasib data media sosial orang yang sudah meninggal?
News

Bagaimana nasib data media sosial orang yang sudah meninggal?

Bagaimana nasib data media sosial orang yang sudah meninggal?

Bagaimana nasib data media sosial orang yang sudah meninggal? # Sumber : gadgetDiva

Diva says – Nasib data media sosial orang yang sudah meninggal terkadang menjadi pertanyaan besar. Jika mereka sudah almarhum, bagaimana dengan data-data pribadi atau profil mereka di dunia maya?

Nasib data media sosial orang yang sudah meninggal memang tidak jelas. Namun hampir satu dari empat orang mengatakan bahwa mereka akan mendukung dihapusnya data orang yang sudah meninggal yang ada di internet.

Warna cat rambut ini bakal jadi Tren terbaru di Asia

Penelitian baru dari LifeSearch telah menemukan 24 persen orang menginginkan media sosial dan akun email mereka secara otomatis dihapus, alih-alih mengandalkan kerabat terdekat yang akan menutup akun tersebut.

Tetapi juga ditemukan  sebagian besar orang, 92 persen tidak pernah membahas apa yang ingin dilakukan dengan data online mereka setelah mati. Pembicara dari LifeSearch, Emma Walker mengatakan bahwa dengan adanya kehadiran diri kita di online, itu semakin menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Kata Emma, penting untuk mempertimbangkan apa yang akan terjadi pada profil media sosial kita, akun email dan ribuan foto, video memori yang kita bagikan dengan teman.

“Menghindari percakapan penting tentang kehidupan digital kita setelah kita meninggal dapat membuat orang-orang yang kita cintai merasa terkunci, tidak dapat mengambil kendali, atau lebih kasihannya jika akun kita di-hack.” Lanjut Emma.

Rata-rata pengguna internet akan memiliki tujuh akun media sosial, yang terdiri dari ribuan data publik dan pribadi. Sebagian besar situs media sosial akan menutup atau menangguhkan akun jika mereka mengetahui kematian pengguna. Tapi itu bisa memakan waktu, kecuali kerabat dapat mengakses profil dan kata sandi almarhum.

Google dan Facebook menawarkan “kebijakan pengaturan “, di mana pengguna dapat memilih kontak untuk “menyusun” bagian-bagian tertentu dari akun setelah kematian mereka,dengan begitu, orang yang telah dipilih pengguna akan mengatur aset sesuai dengan instruksi dalam wasiat yang telah diberikan.

Lilian Edwards, profesor hukum, inovasi, dan masyarakat di Newcastle University, mengatakan kepada Sky News: “Saya pikir sangat menarik bahwa opsi-opsi ini ada di dalam pengaturan, karena pada saat ini , ini bukanlah sesuatu yang orang akan masukkan ke dalam wasiat mereka. Bahkan jika itu saya, saya tidak yakin pengacara akan tahu apa yang harus dilakukan dengan itu.Tetapi masalahnya adalah orang-orang perlu tahu tentang itu. Saya pikir itu akan menjadi ide yang baik untuk memiliki edukasi publik. Karena banyak dari informasi ini bisa menjadi sangat intim dan hal-hal yang mungkin tidak ingin dilihat oleh kerabat.”ujar Lilian.

Facebook and WhatsApp

Eloise Guiborg, pada 2015, kakaknya Sacha(17), meninggal dalam kecelakaan mobil. Dia menemukan kenyamanan dalam melihat foto dan video media sosialnya serta pesan yang mereka kirimkan satu sama lain melalui platform media sosial. Ketika akun media sosial utama Sacha dihentikan, setelah itu salah satu temannya menginformasikan di platform, dia mengatakan itu seperti kehilangan dia lagi.

Nona Guiborg mengatakan kepada Sky News: “Semua yang saya bicarakan dengan saudara saya hilang, setiap perjalanan yang kami lakukan, setiap foto yang kami kirim satu sama lain selama tiga tahun terakhir, semuanya hanya hilang. “Aku tidak bisa membaca nada pesan kakakku lagi. Itu benar-benar mengerikan. Awalnya, itu adalah kemarahan dan kemudian ‘tidak lagi, aku tidak bisa kehilangan dia lagi’.”

Keluarga dapat memulihkan akun, dan mengaturnya sebagai “halaman peringatan” tempat foto dan komentar dapat dilihat tetapi tidak ditambahkan. Tetapi Nona Guiborg percaya itu bukanlah sesuatu yang harus dihadapi oleh siapa pun pada saat kesedihan mereka.

“Hanya karena itu bukan surat yang ditulis tangan bukan berarti ini bukan momen dan kenangan yang penting. Dan dalam beberapa hal saya pikir itu lebih penting. Karena surat hanya akan disimpan di kotak kaleng di rumah. Tetapi foto dan video serta pesan yang saya miliki tentang Sacha, saya bisa bawa ke mana saja.” katanya.

Nasib data media sosial orang yang sudah meninggal memang bisa menimbulkan kenangan manis, tapi bisa juga memunculkan kembali kenangan buruk. Tergantung bagaimana memori kita terhadap orang tersebut.


author-img_1

Rasya Putri

Reporter

Artikel Terkait

Acer Day 2019 kembali digelar, Acer kenalkan series ConceptD
News

Acer Day 2019 kembali digelar, Acer kenalkan series ConceptD

Diva says – Bertepatan dengan ulang tahun Acer yang ke-20 di Indonesia, digelar kembali Ace..

Warna cat rambut ini bakal jadi Tren terbaru di Asia
News

Warna cat rambut ini bakal jadi Tren terbaru di Asia

Diva says – Warna cat rambut beda-beda? Why not. Paradiva tau enggak, sih saat ini Jepang, ..

Konferensi TikTok, pertama yang menghubungkan Kreator dan Brand
News

Konferensi TikTok, pertama yang menghubungkan Kreator dan Brand

Diva says – Konferensi TikTok akhirnya digelar. Platform ini merupakan aplikasi video berdurasi..

Cuma dress polkadot tapi bisa viral di Instagram
News

Cuma dress polkadot tapi bisa viral di Instagram

Diva says – Cuma dress polkadot tapi bisa viral? Ada nih produk fashion Zara. Salah satu la..


;