Pengaruh Perang Tarif Internet ke Penyedia Fixed Broadband di Indonesia
- by Jundi Amrullah
- Selasa, 25 Oktober 2022 - 19:19 WIB
Kerasnya kompetisi antar operator selular membuat tarif data terus menukik. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam Selular Congres 2022 menyebut tarif internet di Indonesia paling murah di Asia Tenggara.
Indonesia memang merupakan pangsa pasar yang besar. Dari 250 juta lebih penduduk di Indonesia, jumlah pengguna internet di negeri ini pada 2022 menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencapai 210 juta orang.
Dari total pengguna itu, APJII mengungkapkan hanya 14,5% yang memiliki fasilitas fixed broadband. Sehingga potensi pelanggan di bisnis ini masih terbuka lebar. Dengan peluang pasar yang besar, maka persaingan diantara para penyedia layanan internet fixed broadband juga semakin ketat.
Saat ini terdapat sejumlah pemain utama. Seperti IndiHome, First Media, Biznet, MyRepublic, MNC Play, CBN, Link Net, dan Oxygen. Operator selular juga punya layanan sejenis, seperti XL Home (XL Axiata) dan HiFi (Indosat Ooredoo Hutchison).
PLN juga sudah menyatakan terjun ke bisnis ini dengan bendera Iconnet. Belakangan, demi memperkuat fondasi bisnis ini, XL Axiata mengakuisisi First Media dari Lippo Group.
Dengan persaingan yang menjurus ketat, apakah perang tarif yang pernah marak terjadi pada industri selular akan juga menular ke Fixed Broadband?
“Persaingan ketat antar pemain fixed broadband menjadikan harga sebagai instrument utama memenangkan pasar. Dengan ratusan penyelenggara yang ada di bisnis ini, potensi munculnya perang tarif, dapat saja terjadi,” ujar CEO Selular, Uday Rayana.
Meski persaingan kini menjurus ketat, Uday berharap agar penyedia jasa fixed broadband tidak semata mengandalkan tarif murah sebagai instrumen utama dalam menarik pelanggan. Pasalnya, tarif murah akan menjadikan industri startegis ini menjadi tidak sehat.
Uday menambahkan, belajar dari persaingan tarif di industri selular yang membuat operator berdarah-darah, maka kunci untuk untuk bisa tetap survive, operator perlu menerapkan tiga strategi secara konsisten.
Pertama, penerapan tarif harus affordable. Tidak berarti harus murah tapi terjangkau oleh masyarakat. Jika terlalu murah namun tidak wajar, maka selintas bagus untuk konsumen. Namun itu hanya bersifat jangka pendek, karena jangka panjangnya operator terancam bangkrut.
Kedua, harus sustainable. Artinya, industri harus sustain atau berkelanjutan. Operator yang beroperasi harus mampu bertahan. Karena jika collapse, masyarakat juga akan dirugikan atau kualitas layanan bisa menurun.
Ketiga, harus merata. Artinya, operator harus membangun di semua wilayah sehingga ketersediaan layanan menjadi merata ke seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga : Realme C33 Resmi Meluncur, Harga Sejutaan Bawa Kamera 50MP
Artikel Terkait
12.000 Cuitan Keluhkan WA Down di Twitter Gegara WhatsApp
Gadgetdiva.id — WA Down dan WhatsApp menjadi trending topik di Twitter hari ini, 25 Oktober..
- by Jundi Amrullah
- 2 tahun lalu
- 3,250
Rayakan 100 tahun, Disney Music Luncurkan Pengalaman web3
Gadgetdiva.id — Dalam rangka rayakan 100 tahun Disney music, Disney meluncurkan pengalaman ..
- by Nadhira Aliya Nisriyna
- 2 tahun lalu
- 3,250
ESB Luncurkan Fasilitas Digital Resto, Dukung Bisnis di Bidang Kuliner
ESB Digital Resto dihadirkan guna berikan fasilitas khusus bagi calon pengguna untuk mencoba lan..
- by Jundi Amrullah
- 2 tahun lalu
- 3,250
Satelit Satria Disebut Tak Akan Bahayakan Operator
Gadgetdvia.id — Satelit Satria besutan pemerintah Indonesia lewat Kemenkominfo dikabarkan a..
- by Nadhira Aliya Nisriyna
- 2 tahun lalu
- 3,250