Perusahaan Adopsi AI Hadapi Tantangan Boros Energi
- by Herning Banirestu
- Minggu, 14 Januari 2024 - 14:03 WIB
GadgetDiva — Adopsi kecerdasan buatan (AI) sedang meningkat di berbagai industri, terlebih kemudian lahir tools baru ChatGPT. Adopsi AI di berbagai industri ini diharapkan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif mereka.
Sayangnya, tidak semua pelaku industri memahami bahwa dalam mengintegrasikan AI ke dalam operasi mereka, mereka harus mempersiapkan infrastruktur pendukung mereka. Inilah yang menjadi tantangan para pemimpin TI (teknologi informasi), bukan hanya menciptakan arsitektur AI yang tahan lama, tapi juga bagaimana pemanfaatan AI yang selaras dengan tujuan prioritas ESG (Environmental, Social, and Governance) mereka.
Jelang akhir tahun 2023, Pure Storage yang bermitra dengan Wakefield Research memaparkan hasil riset mereka terkait pemanfaatan AI. Survei dilakukan pada lebih dari 500 pembeli TI di perusahaan dengan 500 karyawan atau lebih di empat pasar global utama (AS, Inggris, Prancis, Jerman) . Menariknya, dari laporan riset yang berjudul “Drivers of Change: Meeting the Energi and Data Challenges of AI Adoption” tersebut hampir 3 dari 4 pembeli TI atau 73%, yang perusahaannya telah menerapkan AI tidak sepenuhnya siap menghadapi kebutuhan energi.
Dari riset tersebut ditemukan bahwa, sebagian besar organisasi tidak memiliki infrastruktur yang diperlukan untuk menangani permintaan data berkinerja tinggi dan kebutuhan energi yang penting untuk memaksimalkan manfaat AI.
Kesimpulan penelitian tersebut tidak mengherankan, mengingat ditemukan bahwa 88% dari mereka yang telah mengadopsi AI, kebutuhan akan daya komputasi telah meningkat secara dramatis. Dengan begitu, hampir separuh (47%) harus meningkatkan daya komputasi mereka hingga dua kali lipat atau lebih sejak mengadopsi AI.
Fakta ditemukan dari riset tersebut, bahwa sebagian besar sistem tidak dapat mendukung pipeline data AI dalam jumlah besar yang diperlukan untuk mendapatkan hasil maksimal dari model pembelajaran mesin. Meskipun AI memberikan banyak harapan, dampaknya terhadap kebutuhan energi bisa sangat mengejutkan.
Kerugian tersembunyi dari AI ini menimbulkan tantangan terhadap keberhasilan penerapan inisiatif penting perusahaan, termasuk inisiatif yang bertujuan untuk mencapai tujuan lingkungan. Seiring dengan semakin cepatnya adopsi AI, tim TI memerlukan strategi data yang bermakna untuk memastikan mereka dapat mengoperasionalkan AI secara efisien dan efektif melalui infrastruktur yang tepat.
Tidak heran jika 89% pengguna TI merasa tujuan ESG lebih sulit dicapai karena adanya peningkatan infrastruktur TI untuk adopsi AI. Padahal tuntutan adopsi ESG di masa ini dan mendatang makin kuat dalam upaya mewujudkan bisnis yang berkelanjutan.
Namun, 60% dari mereka yang telah mengadopsi teknologi AI (atau berencana mengadopsi AI dalam 12 bulan ke depan) menyatakan bahwa mereka akan atau telah berinvestasi pada perangkat keras yang lebih hemat energi untuk memenuhi tujuan ESG.
Temuan menarik lain dari riset ini, konsumsi energi hanya salah satu dari beban AI. Sebanyak 73% responden menyatakan AI memerlukan atau akan memerlukan peningkatan manajemen data dan semacamnya. Beberapa peningkatan spesifik yang dilakukan antara lain: alat manajemen data (48%), proses manajemen data (46%), dan infrastruktur penyimpanan data (46%).
Meski menghadapi tantangan yang tidak mudah, hasil survei menunjukkan, hampir semua pelaku industri yang mengikuti riset ini (96%) berencana atau telah memperbarui infrastruktur TI mereka. Dan 29% pembeli TI mengatakan AI akan atau menyebabkan perombakan total.
Infrastruktur yang lebih cerdas kini semakin mendesak dan tinggi permintaannya. Sering kali terjadi di mana perusahaan ingin memperoleh manfaat dari pembelajaran mesin tetapi sistem yang sudah ada sebelumnya tidak dapat mendukung alur data AI dalam jumlah masif. Seiring dengan semakin cepatnya adopsi AI, tim TI memerlukan infrastruktur yang efisien, andal, dan berkinerja tinggi untuk memastikan penerapan yang efektif.
“Laporan ini memberikan pengetahuan yang berguna bagi organisasi di Indonesia yang akan atau sudah menjalankan proyek AI. Di era AI, kebutuhan energi dan data akan tumbuh secara eksponensial dan berinvestasi pada infrastruktur data yang mendukung AI sangatlah penting agar proyek Anda mendapat peluang keberhasilan,” ujar Catharina Hadiningtyas, Country Manager, Indonesia, Pure Storage.
Herning Banirestu
ReporterMemiliki pngalaman panjang sebagai jurnalis di Majalah SWA dan SWA.co.id, dengan jaringan kuat di berbagai industri bisnis, bukan saja di teknologi. Telah banyak menulis tokoh bisnis ternama dan CEO perusahaan besar baik lokal maupun global. Suka lari, baca, menulis dan melamun.
Artikel Terkait
Transaksi Naik 3,5 Kali Lipat di 2023, Kuncie Fokuskan Pertumbuhan Bisnis dan Ekspansi di tahun ini
Gadgetdiva.id – Kuncie, sebagai penyedia solusi pendidikan terkemuka di Indonesia, berhasil..
- by Jundi Amrullah
- 10 bulan lalu
- 3,250
Bosch Pamerkan Teknologi dengan Energi Berkelanjutan di Gelaran CES 2024
Gadgetdiva.id – Kembali berpartisipasi dalam CES 2024 di Las Vegas, Nevada, Amerika Serik..
- by Jundi Amrullah
- 10 bulan lalu
- 3,250
OPPO Reno 11 Series Mendarat di Indonesia, Intip Harga dan Spesifikasinya
Gadgetdiva.id — OPPO Reno 11 Series resmi menyambangi Tanah Air pada Kamis (11/1). Seri ini..
- by Nadhira Aliya Nisriyna
- 10 bulan lalu
- 3,250
Mengenal Fitur Kemanan Private Share yang Dibawa Samsung ke Galaxy A25 5G
Gadgetdiva.id — Galaxy A25 5G turut membawa fitur keamanan level tinggi milik Samsung. Fitu..
- by Nadhira Aliya Nisriyna
- 10 bulan lalu
- 3,250