Gadgetdiva.id — Samsung dikabarkan tengah bersiap untuk meluncurkan ponsel lipat entry-level pertamanya, yakni Galaxy Z Fold 6. Ponsel tersebut akan masuk dalam jajaran Galaxy Z Series generasi keenam selanjutnya.

Galaxy Z Fold 6 varian entry-level ini dihadirkan untuk meningkatkan penjualan perangkat lipatnya. Sebuah laporan dari Sisa Journal yang dikutip oleh Android Police menyatakan bahwa ponsel ini akan memiliki spesifikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan model flagship-nya. Mulai dari SoC yang digunakan, layar hingga kapasitas baterainya.

Oleh sebab itu, Galaxy Z Fold entry-level ini disinyalir bakal dipatok seharga USD 800 atau sekitar Rp. 12 Jutaan. Sebagai perbandingan, Galaxy Z Fold 5 dibanderol seharga Rp. 28 jutaan.

Nampaknya, ponsel tersebut akan mengusung konfigurasi dua kamera belakang dengan spesifikasi serupa dengan ponsel lipat flagship Samsung. Ponsel dikabarkan bakal mengusung kamera utama 50MP dan ultrawide 12MP hanya saja tak disertai dengan sistem ISP.

Rumor sebelumnya menyatakan bahwa Galaxy Z Fold membawa desain yang berbeda dari pendahulunya. Perangkat diperkirakan bakal meluncur bersama Galaxy Z Flip 5 pada bulan Juli mendatang.

Sebuah rumor turut beredar sepanjang MWC 2024 yang menyatakan bahwa Samsung tengah menyiapkan Galaxy Z Fold 6 Ultra. Merupakan varian termahal dari jajaran Galaxy Z Series lainnya.

Sebaliknya, laporan terkait varian Galaxy Z Fold 6 yang lebih murah akan memulai debutnya tahun ini semakin meningkat.

Samsung sendiri telah mendominasi pasar perangkat lipat sejak awal membawa terobosan tersebut ke industri. Perusahaan bahkan menjadi yang terdepan dalam mengembangkan ponsel lipat.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, upaya perusahaan mengalami stagnansi pada jajaran produk Fold. Hal ini sangat merugikan terutama di pasar Tiongkok. Sebab, penjualan ponsel lipat dari Huawei, Honor dan lainnya melebihi Samsung.

Varian Galaxy Z Fold 6 yang lebih murah diharapkan dapat membantu Samsung menjangkau jutaan calon pelanggan baru dan merebut kembali pangsa pasarnya yang hilang. Namun, hal ini dapat berdampak pada rendahnya ASP (Harga Jual Rata-Rata) dan margin keuntungan bagi perusahaan.