JFTC Tuding Google Langgar Aturan Persaingan Sehat, Nasib Chrome Diujung Tanduk?

Google

GadgetDIVA - Google kembali menjadi sorotan setelah menghadapi tuduhan baru dari Komisi Fair Trade Jepang (JFTC) terkait dugaan praktik antimonopoli di pasar pencarian dan peramban internet. Tuduhan ini berpusat pada klaim bahwa Google memaksa produsen ponsel untuk menjadikan Chrome sebagai peramban bawaan serta menetapkan Google sebagai sistem pencarian default. Jika terbukti, tindakan tersebut dianggap menghambat persaingan pasar dan memberikan keuntungan tidak adil bagi perusahaan teknologi raksasa ini.

Menurut laporan yang dirilis oleh Engadget pada 24 Desember 2023, JFTC mulai menyelidiki kasus ini sejak Oktober 2023. Penyelidikan ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa kesepakatan Google dengan produsen ponsel menghalangi pengembang peramban dan sistem pencarian lain untuk bersaing secara sehat dan memperoleh pangsa pasar. Jika hasil penyelidikan menunjukkan adanya pelanggaran, Google berpotensi menerima perintah untuk menghentikan praktik bisnis tertentu di Jepang.

Dalam upaya menjawab tuduhan tersebut, Google menyatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan otoritas Jepang untuk menunjukkan bagaimana strategi mereka mendukung ekosistem Android sekaligus memperluas pilihan bagi pengguna di negara tersebut. Google juga menyampaikan bahwa mereka akan memaparkan argumen mereka selama proses hukum berlangsung untuk membela diri dari tuduhan tersebut.

Kasus ini mencerminkan tren global di mana Google semakin sering mendapat tekanan dari regulator di berbagai negara. Di Amerika Serikat, Departemen Kehakiman telah meminta Google untuk melepaskan kendali atas Chrome guna mengurangi dominasi mereka di pasar pencarian. Sementara itu, di Kanada, Google juga sedang menghadapi gugatan terkait praktik antimonopoli dalam bisnis periklanan daring.

Selain itu, JFTC menyatakan harapannya agar langkah-langkah yang mereka ambil dapat menjadi preseden bagi negara lain untuk menerapkan pendekatan serupa. Ini terutama penting untuk wilayah yang memiliki geografi sulit atau populasi yang kurang terlayani. Dengan demikian, regulasi yang lebih ketat diharapkan dapat menciptakan persaingan yang lebih adil dalam pasar teknologi.

Google tampaknya harus berjalan hati-hati dalam menghadapi tekanan ini, terutama mengingat dampak potensial terhadap posisi mereka di pasar global. Walaupun mereka telah menyatakan niat untuk mengajukan banding jika keputusan pengadilan tidak menguntungkan, upaya ini memerlukan strategi matang untuk menjaga reputasi dan stabilitas bisnis.

Tantangan regulasi yang dihadapi Google juga menjadi bagian dari diskusi yang lebih luas tentang bagaimana perusahaan teknologi besar beroperasi di pasar global. Dengan makin banyaknya negara yang mengambil sikap tegas terhadap dominasi perusahaan besar, lanskap bisnis teknologi dapat berubah secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang.

Pada akhirnya, langkah JFTC tidak hanya menjadi ujian bagi Google, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya regulasi yang adil untuk mendorong inovasi sekaligus melindungi kepentingan konsumen. Keputusan dalam kasus ini diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang, baik bagi industri teknologi maupun kebijakan antimonopoli secara global.

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.