Pandangan Gen Z Tentang Penggunaan Media Sosial dan Smartphone: Dampak dan Harapan

Pandangan Gen Z Tentang Penggunaan Media Sosial dan Smartphone: Dampak dan Harapan
News

Pandangan Gen Z Tentang Penggunaan Media Sosial dan Smartphone: Dampak dan Harapan

Gen Z

Gen Z # Sumber : Gen Z

GadgetDiva – Generasi Z, yang merupakan generasi pertama yang tumbuh dengan media sosial di dalam kehidupan sehari-hari, mulai memikirkan kembali hubungan mereka dengan platform ini. Studi terbaru yang dilakukan oleh The Harris Poll bekerja sama dengan psikolog sosial terkenal, Jonathan Haidt, menyoroti pandangan mereka terhadap penggunaan media sosial dan smartphone. Ternyata, hampir separuh dari mereka berharap beberapa aplikasi populer seperti TikTok (47%), Snapchat (43%), dan X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter, 50%) tidak pernah diciptakan.

Media Sosial dan Ketergantungan

Hampir semua responden Gen Z telah mencoba untuk membatasi penggunaan media sosial mereka di beberapa titik. Sebanyak 83% dari mereka mengaku telah mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengurangi penggunaan media sosial, seperti berhenti mengikuti akun tertentu, menghapus aplikasi, atau menonaktifkan notifikasi. Ini menunjukkan kesadaran yang tinggi akan potensi ketergantungan yang ditimbulkan oleh media sosial.

Google Investasi USD 1 Miliar ke Thailand

Dalam hal waktu yang dihabiskan, 60% dari responden Gen Z menghabiskan setidaknya 4 jam per hari di media sosial, dengan 22% dari mereka menghabiskan lebih dari 7 jam setiap harinya. Namun, ada kesenjangan dalam pandangan mereka tentang interaksi ini—sebagian merasa puas dengan penggunaan media sosial mereka, tetapi 32% merasa ingin menguranginya.

Dampak Kesehatan Emosional dan Sosial

Meskipun media sosial memberikan hiburan dan rasa keterhubungan, Gen Z juga menyadari risiko negatifnya. Sebanyak 82% dari mereka menggambarkan media sosial sebagai sesuatu yang "membuat ketagihan," sementara 57% mengaitkannya dengan rasa bosan dan isolasi. Terkait dengan dampak sosial, 45% dari mereka menganggap media sosial memberikan dampak positif pada kesehatan emosional mereka, tetapi 37% menganggapnya sebaliknya.

Studi ini juga menemukan perbedaan signifikan antara kelompok gender dan orientasi seksual dalam hal pandangan terhadap dampak media sosial. Misalnya, lebih banyak perempuan Gen Z yang merasa media sosial berdampak negatif terhadap kesehatan emosional dan perilaku mereka dibandingkan laki-laki. Selain itu, responden LGBTQ+ cenderung lebih sering melaporkan dampak negatif pada kesehatan emosional dibandingkan dengan non-LGBTQ+.

Menyikapi Aturan dan Batasan

Menariknya, sebagian besar Gen Z mendukung adanya undang-undang yang mengharuskan platform media sosial untuk menawarkan opsi akun yang aman bagi anak-anak di bawah usia 18 tahun. Sebanyak 69% dari mereka setuju dengan langkah ini. Namun, ketika berbicara mengenai larangan bagi anak di bawah usia 16 tahun untuk menggunakan media sosial, dukungannya lebih terbagi, dengan 44% menentang dan 36% mendukung.

Ketika menyangkut smartphone, 79% dari responden mengatakan mereka tidak menyesal bahwa smartphone telah diciptakan, meskipun ada kekhawatiran tentang dampaknya pada generasi muda. Sebagian besar dari mereka juga mendukung orang tua yang membatasi akses anak-anak mereka terhadap smartphone hingga usia sekolah menengah.

Sekolah dan Kebijakan Bebas Ponsel

Dalam hal kebijakan sekolah, pandangan Gen Z cenderung positif terhadap langkah-langkah pembatasan penggunaan smartphone. Sebanyak 44% dari responden menyatakan dukungan untuk kebijakan sekolah yang melarang penggunaan smartphone selama jam sekolah, sementara 37% menentangnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun mereka sangat bergantung pada teknologi, Gen Z juga memahami pentingnya keseimbangan, terutama dalam konteks pendidikan.

Secara keseluruhan, survei ini menunjukkan bahwa meskipun Gen Z menghargai manfaat yang ditawarkan oleh media sosial dan smartphone, mereka juga sangat menyadari risiko yang terkait dengan ketergantungan dan dampak negatifnya pada kesehatan emosional dan sosial. Banyak dari mereka yang mendukung upaya untuk membatasi akses, baik di tingkat individu maupun melalui regulasi pemerintah.

Dengan meningkatnya kesadaran ini, penting bagi pembuat kebijakan dan pengembang teknologi untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan aman bagi generasi mendatang. Ini termasuk penegakan kebijakan perlindungan anak serta pengembangan fitur yang membantu pengguna menjaga keseimbangan dalam penggunaan media sosial.

Baca Juga :

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.


author-img_1

Firda Zahara

Reporter

Artikel Terkait

Meta Siap Produksi Headset VR di Vietnam
News

Meta Siap Produksi Headset VR di Vietnam

Meta Platform dikabarkan akan memulai memproduksi headset virtual reality dan augmented reality di V..

Google Investasi USD 1 Miliar ke Thailand
News

Google Investasi USD 1 Miliar ke Thailand

Google menggelontorkan dana sebesar USD 1 miliar di Thailand. Investasi ini ditujukan untuk membangu..

Bencana AI di Depan Mata, 
IMD Serukan Ketatkan Regulasi
News

Bencana AI di Depan Mata, IMD Serukan Ketatkan Regulasi

Institut Manajemen Pembangunan (IMD) dan TONOMUS Global Center for Digital and AI Transformation tel..

Permata Bank Ganti Logo, Ini Makna dan Strateginya Bersama Bangkok Bank
News

Permata Bank Ganti Logo, Ini Makna dan Strateginya Bersama Bangkok Bank

Logo baru Permata Bank menggambarkan sinergi dengan Bangkok Bank, melambangkan inovasi, pertumbuhan ..


;