GadgetDIVA - Gadgetdiva.id — TikTok telah menghapus ribuan konten misinformasi terkait perang Israel-Hamas yang beredar di platformnya sejak 7 Oktober 2023. Konten tersebut tak hanya berupa video, namun juga hashtag dan siaran langsung.
Dalam pernyataan resminya, TikTok telah menghapus lebih dari 500.000 video dan menutup 8.000 siaran langsung di wilayah yang terkenda dampak. Sebab, melanggar panduan komunitas platform.
“Sejak serangan brutal yang terjadi pada 7 Oktober, kami terus bekerja keras untuk menghapus konten yang melanggar Panduan Komunitas TikTok,” tulis TikTok dalam laman Newsroom-nya dikutip Selasa (17/10).
Baca Juga
Perusahaan menambahkan bahwa misinformasi dapat memperburuk situasi yang terjadi saat ini. Sebab itu, pihaknya terus berupaya untuk menidentifikasi dan menghapus konten berisi informasi yang menyesatkan.
Kini, TikTok telah menghapus media sintesis yang telah disunting, dipotong atau digabungkan dengan cara yang dapat menyesatkan komunitas TikTok terkait peristiwa di dunia nyata.
Adapun contoh-contoh konten yang akan dihapus oleh TikTok. Yakni, konten yang mendukung serangan atau mengolok-olok korban kekerasan.
Baca Juga
“Jika konten yang diunggah menggambarkan seseorang yang sedang disandera, kami akan melakukan segala hal dalam kuasa kami untuk melindungi martabat mereka dan menghapus konten yang melanggar peraturan TikTok,” tulis perusahaan.
Upaya TikTok dalam Menumpas Konten Misinformasi Terkait Israel-Hamas
Dalam upaya memberantas konten-konten berisi misinformasi terkait Israel-Hamas, perusahaan telah mengerahkan sejumlah 40.000 karyawannya yang tergabung dalam pusat komando. Tim ini memiliki berbagai keahlian dan perspektof regional yang dinilai dapat membantu perusahan dalam mengambil tindakan untuk merespons krisis yang berkembang pesat.
Kemudian, mereka juga mengembangkan sistem deteksi otomatis proaktif yang dapat secara real-time mengidentifikasi ancaman baru. Sistem ini memungkinkan mereka untuk secara otomatis mendeteksi serta menghapus konten vulgar maupun kekerasan agar moderator maupun anggota komunitas mereka tak terpapar dengan konten tersebut.
Tak sampai di situ, TikTok juga tengah menambahkan lebih banyak moderator yang bisa berbahasa Arab dan Ibrani untuk meninjau konten terkait Israel-Hamas. Termasuk mengerahkan sumber daya kesejahteraan tambahan bagi para moderator garda terdepannya ini.
Selanjutnya, TikTok juga telah melakukan penyaringan terhadap konten yang berisi visual kekerasan. Supaya dapat mencegah pengguna dalam melihat konten yang tak terduga.
“Kami menyadari bahwa beberapa konten mungkin melanggar peraturan kami, namun mewakili kepentingan publik. Karenanya, kami mengizinkan konten demikian untuk tetap ada di TikTok untuk tujuan dokumentasi, edukasi, dan ujaran balasan,” tambah perusahaan.
Mereka juga tak menoleransi upaya untuk menghasut kekerasan atau menyebarkan ideologi kebencian. Terutama untuk konten berisi pujian terhadap organisasi maupun individu yang melakukan kekerasan atau menyebarkan ideologi kebencian.
Mereka juga memblokir tagar yang mempromosikan kekerasan atau melanggar aturan TikTok.
TikTok juga melakukan penyesuaian sementara terhadap kebijakan yang mengatur fitur platform. Penyesuaian ini dilakukan untuk mencegah pengguna dalam menyalahgunakan fitur yang ada untuk mendukung perilaku kebencian atau kekerasan di suatu wilayah secara proaktif.
Perusahaan juga tengah bekerja sama dengan lemabga penegak hukum global sesuai dengan Pedoman Penegakan Hukum TikTok yang disusun berdasarkan standar hukum dan prinsip hak asasi manusia.
Tak hanya itu, TikTok juga bekerja sama dengan para ahli lintas industri dan masayarakat sipil. Termasuk di antaranya ialah Tech Against Terrorism dan Dewan Penasihat TikTok.
Untuk menegakkan kebijakan yang akurat, TikTok juga bekerja sama dengan organisasi pemeriksa fakta terakreditasi IFCN. Organisasi ini mendukung lebih dari 50 bahasa, termasuk bahasa Arab dan Ibrani.
Pekan lalu, CEO TikTok Shou Zi Chew ditegur oleh komisioner Uni Eropa Thierry Breton dalam akun Twitternya. Breton meminta perusahaan tersebut untuk mengawasi konten yang beredar dalam platformnya selama perang Israel-Hamas.
Dia menegaskan bahwa DSA (Digital Service Act) memiliki kebijakan yang jelas dan harus dipatuhi oleh TikTok.
“#TikTok memiliki kewajiban khusus untuk melindungi anak-anak dan remaja dari konten kekerasan dan propaganda teroris-serta tantangan kematian dan konten yang berpotensi mengancam jiwa,” ungkap Breton dalam akun Twitternya, Kamis (12/10).
Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News
Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News. Baca berita otomotif untuk perempuan di Otodiva.id, kalau butuh in-depth review gadget terkini kunjungi Gizmologi.id. Bagi yang suka jalan-jalan, wajib baca Traveldiva.id.
Tinggalkan Komentar...