Hari Valentine, Bahaya Kencan Online Berujung Stalking Tanpa Henti
- by Siti Sarifah Aliah
- Kamis, 15 Februari 2024 - 07:11 WIB
Gadgetdiva.id — Di hari valentine, teknologi menghadirkan aplikasi kencan online yang mempermudah orang mencari pasangan. Namun siapa sangka, pengguna kencan online bisa berujung pada aksi penguntitan (stalking) yang membahayakan.
Hal ini terungkap dari survei yang dilakukan Kaspersky terhadap 21.000 orang di seluruh dunia. Dalam survei tersebut ditemukan jika hampir seperempat responden pernah mengalami bentuk penguntitan online dari orang yang baru mereka kencani, kenal dari dunia maya.
Penelitian yang melibatkan 1000 orang dari 21 negara di dunia itu mengungkap jika mereka pernah mengalami semacam penguntitan online dari orang yang baru mereka kencani. Mereka masih rentan terhadap peningkatan jumlah penguntitan dan pelecehan di hari Valentine ini karena risiko yang ditimbulkan oleh pengaturan lokasi, privasi data dan lebih luas lagi, berbagi secara berlebihan (oversharing).
Jenis kekerasannya beragam, dengan lebih dari sepertiga (39%) responden pernah melaporkan beberapa bentuk kekerasan atau pelecehan yang dilakukan oleh pasangannya saat ini atau sebelumnya: 16% responden pernah menerima email atau pesan yang tidak diinginkan dan mungkin yang paling memprihatinkan, 13 % telah difilmkan atau difoto tanpa persetujuan mereka. Sebanyak 10% lainnya mengakui bahwa lokasi mereka telah dilacak, 10% mengakui bahwa akun media sosial atau email mereka telah diretas, dan yang mengkhawatirkan, 7% telah memasang perangkat penguntit (stalkerware) di perangkat mereka tanpa persetujuan.
Kencan Online dan Hari Valentine
Secara proporsional, lebih banyak responden perempuan yang pernah mengalami beberapa bentuk kekerasan atau pelecehan dibandingkan responden laki-laki (42% berbanding 36%). Fakta mengkhawatirkan lagi, lebih banyak dari mereka yang saat ini berpacaran pernah mengalami kekerasan atau pelecehan dibandingkan dengan mereka yang sudah menjalin hubungan jangka panjang (48% berbanding 37%). Faktanya, 34% responden mengatakan mereka khawatir akan kemungkinan dikuntit secara online, dan responden perempuan sedikit lebih khawatir terhadap prospek tersebut dibandingkan laki-laki (36% merasa khawatir dibandingkan dengan 31% responden laki-laki).
Gambarannya juga berbeda secara global, dengan lebih banyak dari mereka yang mengalami beberapa bentuk penguntitan online berasal dari wilayah Amerika Selatan dan Tengah serta Asia – 42% responden di India melaporkan beberapa bentuk penguntitan online di India, begitu pula 38% di Meksiko dan 36% di Argentina.
“Internet atau dunia yang terhubung, adalah hal yang brilian dan menawarkan segudang kemungkinan. Namun seiring dengan adanya peluang, muncul pula ancaman dan salah satunya adalah kemudahan akses terhadap data yang dapat dilacak yang membuat kita rentan terhadap penyalahgunaan”, komentar David Emm, Peneliti Keamanan Utama di Kaspersky.
Menurutnya, meskipun kesalahan atas perilaku mengerikan ini tidak pernah ditujukan kepada korban, sayangnya mereka masih enggan untuk mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko. Padahal sangat bagus jika orang-orang mengambil langkah-langkah untuk memverifikasi identitas secara online, dan ini akan mendorong orang-orang untuk berhenti sejenak dan melakukan pengecekan cepat terhadap informasi, kata sandi, atau data apa pun yang mereka bagikan, untuk menghindari agar informasi tersebut jatuh ke tangan yang salah.
“Menjelajahi kencan online dan ruang virtual dapat menjadi sebuah tantangan dan sangat penting bagi media sosial dan aplikasi kencan untuk menerapkan proses verifikasi, yang dapat membantu memastikan bahwa profil pengguna cocok dengan foto mereka yang sebenarnya. Sepengetahuan saya, Bumble adalah satu-satunya aplikasi kencan yang saat ini menggunakan tingkat verifikasi ini. Saya ingin melihat orang lain menerapkan langkah-langkah keamanan serupa. Selain itu, panduan keselamatan dan sumber daya harus mudah diakses secara online dalam berbagai bahasa, memastikan bahwa individu yang rentan mendapatkan dukungan yang diperlukan tanpa perlu mendaftar untuk sebuah aplikasi”, komentar Emma Pickering, Head of Technology-Facilitated Abuse and Economic Empowerment, Refuge.
Undang-undang Keamanan Online Inggris menjadi preseden dengan mengatur platform untuk melindungi pengguna. Mengingat sifat penguntitan dan penyalahgunaan yang difasilitasi oleh teknologi semakin meluas, disarankan setiap orang untuk mengamankan kehadiran online mereka, termasuk kata sandi dan akun.
Siti Sarifah Aliah
ReporterJurnalis teknologi dan gadget sejak 2005. Mulai dari Majalah Digicom, pernah di Tabloid Ponselku, pendiri techno.okezone.com, 5 tahun di Viva.co.id, 2 tahun di Uzone.id. Pernah bikin majalah digital Klik Magazine, sempat di perusahaan VAS Celltick Technologies. Sekarang jadi founder Gadgetdiva.id, bantuin Indotelko.com dan Gizmologi.id. Supermom dengan 2 orang superkids. update
Artikel Terkait
Lauren Sanchez, Pelakor yang Bikin Orang Terkaya Dunia Ceraikan Istri dan 4 Anaknya
Gadgetdiva.id — Nama Lauren Sanchez awalnya memang tidak terlalu terkenal. Namun setelah re..
- by Siti Sarifah Aliah
- 11 bulan lalu
- 3,250
Memulai Percakapan di Discord, Alat Chat Selingkuh Suami Seleb TikTok
Gadgetdiva.id — Sebuah percakapan dari Discord oleh pasangan selingkuh viral di media sosia..
- by Siti Sarifah Aliah
- 11 bulan lalu
- 3,250
Jeremy Thomas dan Istri Bikin Ide Romeo Ingkar Janji, Pohon Jadi Unsur Penting
Gadgetdiva.id — Jeremy Thomas dan sang istri, Ina Thomas membuat ide film romantis yang men..
- by Siti Sarifah Aliah
- 1 tahun lalu
- 3,250
Food Tech Dibalik Alasan Wanita Asia Suka Konsumsi Youvit
Gadgetdiva.id — Sudah bukan rahasia lagi jika produksi kolagen manusia, khususnya wanita, m..
- by Siti Sarifah Aliah
- 1 tahun lalu
- 3,250