Yessie: Berbisnis Bukan Sekadar Mengejar Profit
- by Herning Banirestu
- Jumat, 23 Agustus 2024 - 18:27 WIB
“Kami bekerja sama dengan China Mobile untuk melihat dan menggunakan teknologi seperti AI atau kecerdasan intelligence untuk membuat algoritma kapan kami bisa mematikan BTS, mengelola konsumsi listrik kapan tidak digunakan ketika memang usage sangat rendah, misal di daerah-daerah tidak ada orang,” ujarnya.
Analisa ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama, namun analisanya lebih statis, sekarang, dengan dukungan AI, lebih adaptif lagi. Di BTS XL Axiata, energy outage (energi terbuang percuma) sudah tidak ada lagi, karena secara otomatis shut down untuk menghemat energi yang dikonsumsi. Dan per Oktober 2022, layanan e-SIM telah bisa dinikmati pelanggan XL Axiata sebagai langkah mewujudkan target net-zero emisi karbon pada 2050.
Lebih menarik lagi, dalam upaya mewujudkan net-zero emission pada 2050, XL Axiata menggalang partisipasi aktif karyawannya dengan menjadi “Carbon Warrior” sejak awal tahun 2022. Yessie menjadi salah satu carbon warrior, yang secara aktif menyebarkan kesadaran pentingnya pemahaman individu dalam menekan kenakan pemanasan global.
“Orang merasa kayaknya masih jauh lho itu 2050, kayaknya belum tentu juga saya masih hidup pada saat itu tapi saya mengajak semua untuk melihat bahwa kenaikan suhu itu berdampak pada ketersediaan air bersih berdampak kepada suhu yang sangat panas, kita mungkin tidak merasa karena kita hidup di artificial climate di dalam ruangan yang pakai AC.Bayangkan pada saat itu tidak tersedia AC, apakah badan kita itu bisa berfungsi optimal di lingkungan yang panas? Harus makin banyak orang yang paham bahwa climate change itu juga punya pengaruh kepada extreme weather,” papar perempuan yang menggunakan kendaraan listrik sebagai alat transportasinya.
Program sukarela carbon warrior untuk karyawan XL Axiata ini, lebih pada menumbuhkan kesadaran diri, dengan memulai dari diri sendiri, antaranya dengan kesadaran konsumsi listrik dan air di rumah dan kantor yang lebih bertanggung jawab. Gerakan bersama ini mendorong kesadaran diri bahwa setiap orang mempunyai carbon footprint. “Saat bekerja pun mereka memikirkan bagaimana proses kerjanya adakah yang bisa dioptimalkan sehingga XL Axiata bisa menekan produksi emsisi karbon dalam proses bisnisnya,” terangnya.
Inisiatif ini melahirkan banyak inovasi, misal bisa lebih optimum lagi, bagaimana menggunakan teknologi yang lebih baru, juga memanfaatkan energi terbarukan, mengelola sampah dengan lebih baik, memperhatikan penggunaan air dan seterusnya, hingga program penggunaan eSIM agar tidak ada lagi limbah chip.
Yessie menjelaskan ketika kita menggunakan 1 terabyte data, menghasilkan sekitar 150 kg karbon atau 1,5 kwintal. Padahal setiap hari, XL Axiata dalam menjalankan seluruh bisnisnya bisa lebih dari 30 terabyte data. Untuk itulah, XL Axiata merasa perlu membangun kesadaran pentingnya menekan carbon foot print yang dihasilkan perusahaan dengan melahirkan lebih banyak carbon warrior. Targetnya dalam waktu 2 tahun ke depan, perusahaan berkomitmen untuk mengurangi intensitas emisi karbon setidaknya separuhnya.
“Saat ini jumlah volunteer-nya sekitar 40-50-an karyawan. Tapi kami menggunakan newsletter, kami menggunakan media komunikasi internal yang harapannya meningkatkan awareness karyawan lain. Jadi misalnya pas jam makan siang, otomatis lampunya mati. Orang mikirnya, oh ini untuk cost saving untuk perusahaan, bukan itu, lebih luas lagi untuk save the energi,” tegasnya. Di mulai dari hal-hal sederhana, misal, ketika ruangan sudah cukup terang dengan adanya sinar matahari, penggunaan lampu dikurangi.
Dukung Perempuan dan Nelayan Lebih Berdaya
Bukan tanpa alasan XL Axiata memilih perempuan dan nelayan sebagai fokus pemberdayaan sosialnya. Program Sisternet bermula ketika jaringan LTE akan digelar, jadi saat itu masyarakat memanfaatkan jaringan 3G. Dalam upaya mempromosikan layanan LTE, XL Axiata melakukan riset bagaimana kebutuhan perangkat yang bisa LTE, aplikasi yang mendukung dan sebagainya. Salah satu yang muncul dari risetnya, bahwa ada perbedaan adopsi antara laki-laki dengan perempuan dalam menggunakan teknologi.
Source :gadgetdiva.id
“Ketika itu, awal adopsi LTE, ada kebingungan pada perempuan dalam pemanfaatan internet, kami lalu menghadirkan lingkungan yang aman bagi perempuan untuk adopsi teknologi. Dibangun melalui komunitas, karena di sini lebih ada keterbukaan dan bisa dijadikan platform untuk memajukan banyak hal,” ungkap Yessie.
Herning Banirestu
ReporterMemiliki pngalaman panjang sebagai jurnalis di Majalah SWA dan SWA.co.id, dengan jaringan kuat di berbagai industri bisnis, bukan saja di teknologi. Telah banyak menulis tokoh bisnis ternama dan CEO perusahaan besar baik lokal maupun global. Suka lari, baca, menulis dan melamun.
Artikel Terkait
Yura Yunita Ungkap Alasan Lebih Pilih Galaxy Z Fold 6
Penyanyi Yura Yunita mengungkap alasannya lebih memilih menggunakan Galaxy Z Fold 6 daripada Galaxy ..
- by Nadhira Aliya Nisriyna
- 3 bulan lalu
- 3,250
Ria Ricis Bagikan Inspirasi Berkreasi Lewat Shopee Live dan Video
Ria Ricis, seorang public figure dan content creator, telah sukses menggunakan kedua fitur ini sejak..
- by Jundi Amrullah
- 4 bulan lalu
- 3,250
Duta Samsung Raih Favorit Digital Movies Talent Telkomsel Awards
Selain Dian Sastro, ajang untuk merayakan ulang tahun ke-29 Telkomsel ini juga mendapuk Isyana Saras..
- by Siti Sarifah Aliah
- 4 bulan lalu
- 3,250
Galaxy Watch7 dan Buds3 Pro, Temani Anke Ardine Lari Sampai 7 Jam
Konten Kreator Anke Ardine mengakui jika Galaxy Watch7 dan Buds3 Pro merupakan pasangan yang bisa me..
- by Siti Sarifah Aliah
- 4 bulan lalu
- 3,250