UMKM

Perjalanan Mama Sariat Tole, Seniman Kain Tenun Ikat Alor Berkualitas Ekspor

post-img

Source : gadgetDiva

Gadgetdiva.id – Kampung kecil bernama Kampung Hula yang terletak di pedalaman Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki seni kain tenun ikat yang kaya akan tradisi dan keunikan budaya. Di kampung tersebut, tinggal Mama Sariat Tole, seorang wanita yang telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk melestarikan dan memajukan seni tenun ikat khas Pulau Alor.

Mama Sariat, dengan kemahiran dan tangan berbakatnya, tidak pernah berhenti berusaha untuk melestarikan dan memajukan warisan seni tenun ikat khas Pulau Alor. Dalam karya seninya, ia menghadirkan kain tenun ikat dengan benang kapas, pewarna alami dan motif yang sangat khas.

Transformasi Desa Wedani, Ibu Rumah Tangga Ciptakan Tenun Penghasil Devisa

Kain tenun ikat Mama Sariat begitu istimewa, karena dari tangan mahirnya Mama Sariat menciptakan sendiri benang kapas dan pewarna alami yang tersedia dari kekayaan alam tempat kelahirannya.

Ketika Mama Sariat berusia lima tahun, ibunya, Mama Peni, mulai mengajarkan seni tenun kepadanya. Sejak saat itu, Mama Sariat terus mengembangkan keahlian dan menghasilkan inovasi dalam menjaga kualitas tenun ikat Alor.

Salah satu inovasi itu adalah penggunaan benang kapas berkualitas tinggi yang berasal dari pohon kapas yang beliau tanam sendiri di kebun di belakang rumahnya dan dipintal menjadi benang dengan peralatan tradisional.

Ketelatenan Mama Sariat dengan pewarna alami ini membuahkan hasil yang luar biasa. Pada tahun 2013, Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat Mama Sariat sebagai pembuat warna alami terbanyak untuk kain tenun karena telah menciptakan lebih dari 200 pewarna alami untuk tenun ikat Alor.

“Benang kapas yang saya tanam sendiri menghasilkan benang pintalan yang kuat dan tebal, jauh lebih disukai oleh konsumen luar negeri, terutama di Jepang yang mencari kain dengan warna alami dan daya tahan yang baik. Kualitas benang dan warna benang yang sempurna akan memudahkan penenun menghasilkan kain tenun berkualitas sesuai motif yang diinginkan,” kata Mama Sariat yang juga sebagai Ketua Kelompok Tenun Gunung Mako.

Prestasinya yang mengesankan tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Ia telah diundang untuk memamerkan karyanya di 13 negara, termasuk Jepang dan Belanda. Mama Sariat telah memberikan kontribusi besar dalam melestarikan budaya tenun ikat Alor.

Mengusung semangat kolaborasi #KemenkeuSatu, LPEI, PT SMI dan Pemda NTT memberikan pendampingan dan pelatihan kepada cluster Desa Devisa Tenun yang terdiri dari 495 orang penenun yang mayoritas sebagian besar adalah perempuan di 22 desa di Nusa Tenggara Timur. LPEI/Indonesia Eximbank bersama stakeholder terkait berperan sebagai inkubator dan akselerator ekspor untuk klaster tenun NTT.

Cek berita teknologi, review gadget dan video Gadgetdiva.id di Google News.


author-img_1

Jundi Amrullah

Reporter

Artikel Terkait

Dari TSDC Store Bali Kita Tahu Kerajinan Tangan Tak Hanya dari Rotan
UMKM

Dari TSDC Store Bali Kita Tahu Kerajinan Tangan Tak Hanya dari Rotan

Gadgetdiva.id— Ni Wayan Sri Mustika Dewi dengan gamblang dan jelas memperkenalkan kerajinan..

Transformasi Desa Wedani, Ibu Rumah Tangga Ciptakan Tenun Penghasil Devisa
UMKM

Transformasi Desa Wedani, Ibu Rumah Tangga Ciptakan Tenun Penghasil Devisa

Gadgetdiva.id – Nama Desa Wedani, Kabupaten Gresik, kini dikenal  masyarakat luas sebagai ..

UMKM dan Startup Bisa Tembus Rp 79,6 Triliun dengan Manfaatkan Cloud
UMKM

UMKM dan Startup Bisa Tembus Rp 79,6 Triliun dengan Manfaatkan Cloud

Gadgetdiva.id — Amazon Web Service (AWS) memproykesi bahwa UMKM dan Startup dapat meraup p..

THENBLANK, Fashion Lokal yang Berjuang di Tengah Gempuran Brand Luar
UMKM

THENBLANK, Fashion Lokal yang Berjuang di Tengah Gempuran Brand Luar

Gadgetdiva.id – THENBLANK adalah merek fashion lokal yang sedang naik daun di dunia maya. UMKM ..


;